Saat menjadi seorang ibu, terutama new mom, semua orang adalah kritikus terbesar kita. Apalagi jika lontaran yang bikin ibu malu atau mom-shaming dikemukakan di depan umum yang bikin sakit hati secara emosional.
Terlalu banyak mom shaming yang terjadi semakin harinya, mulai dari ASI vs susu formula, diapers vs popok kain, mengasuh sendiri vs memakai jasa pengasuh, ibu rumah tangga vs ibu bekerja, dan masih banyak lagi. Bahkan penampilan seorang ibu juga tak lepas dari sentilan komentar, terutama tentang bentuk tubuh yang belum kembali normal.
Untungnya, kita tidak harus hanya berdiri, mendengar, dan menerima komentar yang menguras emosi. Melansir dari rd.com, berikut 5 jenis mom-shaming dan cara untuk menanganinya;
1. Jika mom-shaming datang dari orang asing
Jika mendapati orang asing ikut berkomentar bahkan sampai mengkritik pola asuh kita, ada beberapa pilihan yang bisa dilakukan. Pertama, kita tidak berutang penjelasan atau tanggapan pada mereka, jadi cara tidak menanggapi dan berjalan pergi tentu dapat dilakukan.
Namun, pakar pengasuh anak Julie Burton mengatakan terkadang ada sesuatu yang bisa dipelajari dari orang lain. Ia pernah mengalami putranya mengalami kolik parah dan kehabisan akal dengan tangisannya yang terus-menerus.
Hingga seorang perempuan mendekatinya dan memberi nasihat yang tidak diminta tentang pegangan khusus untuk menenangkannya. Saat tidak dimintai saran, cobalah untuk membantu menenangkan sang ibu dan bayi tanpa banyak kata-kata.
2. Jika dipermalukan lewat media online
Belakangan ini, internet seolah diciptakan untuk mempermalukan para ibu. Lantas, apa yang akan kamu lakukan dijka mendapat secaran online? Blok dan matikan.
Mungkin susah terhindar dari media sosial, namun langkah tersebut adalah mujarab dan sederhana. Cara lainnya adalah menghapus posting dan berhenti membalas komentar.
Sebab, pada akhirnya, kita yang memutuskan apa yang akan masuk ke dalam kehidupan, dan mana yang tidak perlu.
3. Jika dipermalukan oleh ibu lainnya
Tak ada yang lebih buruk daripada seorang ibu yang mempermalukan ibu lainnya atas perilaku anak-anak mereka. Meski tergoda untuk membalas kritik tentang cara pengasuhan kita yang bisa berujung pada pertengkaran, terkadang hal terbaik untuk mengatasinya adalah dengan cara mendengarkan.
Bahkan, meski kita tidak sepakat dengan apa yang dikatakan, lawan bicara akan merasa didengar, dan bagaimanapun juga hal ini yang diinginkan kebanyakan orang. Dan jika ada kebenaran dari apa yang dikatakannya, tak ada salahnya untuk mengiyakan.
Hal ini tidak berarti jika ada komentar yang kasar. Apalagi jika komentar tidak diminta, menyakitkan, dan membuat luka, ini harus ditolerir dengan cara yang berbeda. Jangan ragu untuk memberi tahu perasaan kita dengan menggunakan kata’ saya’.
Dan jika perdebatan terjadi, tak ada salahnya kita mengakhiri. Dan beri contoh yang baik dengan membuat poin jika kita tidak akan pernah menghakimi atau mempermalukan ibu lain.
4. Jika dipermalukan ibumu sendiri
Hal yang membuat kita semakin menghargai ibu sendiri adalah saat memiliki anak. Namun, kemungkinan ibu atau mertua kita punya banyak pendapat tentang cara membesarkan anak yang tanpa disengaja membuat kita merasa malu dalam prosesnya.
Jangan mengabaikan semua nasihatnya sebagai old-fashioned. Jika dia menyuruh kita hal yang tidak disepakati, cobalah berbicara dengan lembut, dan yang penting, kita tetap berpikiran terbuka.
Apalagi orangtua kita pasti sangat peduli dengan cucunya, ajak mereka untuk berinvestasi dalam perkembangan yang sehat. Ajak mereka diskusi tentang hasil penelitian terbaru, yang bisa melengkapi pengetahuan mereka, dan tentunya perlu sedikit kesabaran untuk tetap menjaga hubungan baik dengan ibu kita.