Saat ini WHO memperkirakan 1 dari 160 anak merupakan penyandang autisme atau autism spectrum disorder (ASD). Sedangkan di Indonesia, Kemenpppa menyatakan dengan perhitungan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,14 persen, memperkirakan Indonesia memiliki penyandang ASD sebanyak 2,4 juta orang dengan pertambahan penyandang baru 500 orang/tahun.
Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro, Sp.A(K), Ahli Neurologi Anak, Advisor Tentang Anak & Founder @AnakkuID menjelaska gejala gangguan atau kriteria ASD yang terjadi pada anak yang bisa orangtua kenali, seperti: Gangguan sosial emosional, seperti mimik muka datar, sering tidak bereaksi, kontak mata kurang, cuek, tidak bermain dengan anak lain, tidak berbagi, tidak respon emosi timbal balik, dan tidak ada pretend play.
Gangguan komunikasi, seperti tidak bicara, speech delay, bicara aneh atau sulit dimengerti dan ekolalia (mengulang kata-kata).Gangguan interaksi sosial, seperti tidak memulai interaksi, menjawab seadanya, tidak bisa berinteraksi dalam waktu yang lama.
“Anak menunjukan perilaku yang stereotipe, atau perilaku berulang kali dengan intensitas yang tidak wajar juga menjadi salah satu cirinya,” ujar dr. Hardiono dalam acara Tentang Anak Luncurkan Fitur Terbaru, “Skrining Autisme” Rabu (8/9).
Deteksi bisa dilakukan sejak usia 1 tahun
Prof. Dr. dr. Hardiono menghimbau jika orangtua telah mendeteksi tanda-tanda keterlambatan pada perkembangan anaknya, orangtua sebaiknya tidak diam saja atau menunggu kemajuan perkembangan anak dengan sendirinya.
“Karena mendeteksi dan menangani keterlambatan perkembangan sejak dini akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik,” paparnya.
Bahkan, gejala terjadi sejak usia dini, bahkan sudah dapat terlihat ketika usia kurang dari 3 tahun. Meski gejala dapat berubah dengan umur dan terapi. Gejala dapat menetap, terutama gangguan interaksi sosial.
“Banyak berpendapat jika diagnosis autisme mulai dari tiga tahun, padahal sejak anak berusia setahun sudah bisa didiagnosis,” tambahnya.
Bisa dilakukan online
Bahkan, Prof. Dr. dr. Hardiono mengatakan mendeteksi gangguan anak bisa dilakukan secara online seperti melalui fitur skrining autisme di aplikasi Tentang Anak.
“Jika mendapatkan hasil bahwa anak mengalami gangguan ASD, orangtua dianjurkan untuk mendiagnosis lebih lanjut jenis gangguan tersebut dengan ahlinya, lalu mengobati apa yang bisa diobati, merujuk terapi yang tepat sesuai dengan diagnosis, konseling dan langkah terakhir untuk rujuk konsultasi selanjutnya,” paparnya.
Skrining ASD sudah tersedia secara online di aplikasi Tentang Anak, hasil kolaborasi bersama @AnakkuID dengan dua jenis skrining yang tersedia:
Untuk anak usia 10-14 bulan bisa menggunakan ESAT (early screening autistic trait). Untuk anak usia 18-30 bulan bisa menggunakan M-CHAT. Dan hasilnya pun bisa langsung terlihat setelah menyelesaikan skrining tersebut di aplikasi.