Microsoft menyebut Tiongkok meningkatkan penggunaan konten buatan artificial intelligence atau AI dan akun media sosial palsu untuk mengobarkan perpecahan di Amerika
Ditulis oleh redaksi pada April 8, 2024
Microsoft menyebut Tiongkok meningkatkan penggunaan konten buatan artificial intelligence atau AI dan akun media sosial palsu untuk mengobarkan perpecahan di Amerika Serikat dan negara lain.
Manajer Umum Pusat Analisis Ancama Microsoft Clint Watts menyebut Beijing telah menggandakan target dan meningkatkan kecanggihan operasi di AS dan negara lain.
“Tiongkok menggunakan akun media sosial palsu untuk melakukan jajak pendapat kepada para pemilih mengenai apa yang paling memecah belah mereka dan mungkin memengaruhi hasil pemilu presiden AS untuk menguntungkan negara tersebut,” ucap Watts dikutip dari Japan Today, Minggu (7/4/2024).
Ia menambahkan bahwa Tiongkok juga telah meningkatkan penggunaan konten yang dihasilkan AI untuk mencapai tujuannya di seluruh dunia dan juga di AS.
Operasi pengaruh Tiongkok dikaitkan pada peristiwa-peristiwa, seperti tergelincirnya kereta api di Kentucky dan kebakaran hutan di Maui untuk meningkatkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah AS.
Jajak pendapat mengenai isu-isu kontroversial dalam negeri AS menunjukkan upaya yang disengaja untuk memahami dengan lebih baik demografi pemilih AS mana yang mendukung isu atau posisi apa dan topik mana yang paling memecah belah, menjelang fase utama pemilihan presiden AS.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa sejauh ini hanya ada sedikit bukti terkait operasi berhasil mempengaruhi opini.
Pusat ancaman tersebut melaporkan pada akhir tahun lalu bahwa akun media sosial yang berafiliasi dengan pemerintah Tiongkok telah menggunakan akun media sosial untuk menyamar sebagai pemilih AS guna memengaruhi pemilu pada 2022.
“Kegiatan ini terus berlanjut dan akun-akun ini hampir secara eksklusif memuat isu-isu dalam negeri AS yang memecah-belah, seperti pemanasan global, kebijakan perbatasan AS, penggunaan narkoba, imigrasi, dan ketegangan rasial,” tulis Watts.
“Mereka menggunakan video, meme, dan infografik asli serta konten daur ulang dari akun politik terkenal lainnya,” tambahnya.
Microsoft melihat adanya lonjakan penggunaan konten buatan AI yang digunakan untuk meningkatkan operasi pengaruh online terkait Tiongkok yang ditujukan pada pemilihan presiden di Taiwan.
“Dengan berlangsungnya pemilu besar di seluruh dunia tahun ini, khususnya di India, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, kami menilai bahwa Tiongkok, setidaknya, akan membuat dan memperkuat konten buatan AI untuk menguntungkan kepentingannya,” ucap Watts.
Laporan Microsoft juga mencatat bahwa Korea Utara telah mulai menggunakan AI untuk mencuri mata uang kripto, menyerang rantai pasokan, dan mengumpulkan intelijen militer dengan lebih efektif.