Berikut ini deretan hoaks terbaru seputar Covid-19 yang perlu diwaspadai.
Ditulis oleh redaksi pada Desember 9, 2023
Saat ini di beberapa negara telah melaporkan peningkatan kasus Covid-19, termasuk di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, organisasi kesehatan, dan masyarakat untuk mencegah serta mengendalikan penularan Covid-19.
Salah satu upaya yang penting lainnya adalah menyebarkan informasi yang benar dan bermanfaat tentang Covid-19. Meski, tidak semua informasi yang beredar di media sosial, pesan berantai, atau situs web adalah informasi yang valid dan terpercaya.
Banyak hoaks atau berita palsu yang sengaja dibuat dan disebarluaskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyesatkan, menakut-nakuti, atau memanfaatkan kepercayaan masyarakat.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat agar melakukan pemeriksaan fakta sebelum menyebarkan informasi dan mencari sumber yang kredibel serta terverifikasi. Berikut ini deretan hoaks terbaru seputar Covid-19 yang perlu diwaspadai.
1. Hirup jeruk bakar bisa kembalikan indra perasa yang hilang akibat Covid-19
Hoaks ini menyebutkan dengan menghirup aroma jeruk bakar dapat mengembalikan indera perasa yang hilang akibat Covid-19. Namun, klaim ini tidak benar dan tidak didukung oleh penelitian. Fakta sebenarnya indera perasa yang hilang akibat Covid-19 cenderung pulih dengan sendirinya dalam beberapa hari atau minggu.
Menghirup jeruk bakar tidak memiliki dampak positif pada pemulihan indera perasa yang hilang. Selain itu, tindakan ini bisa berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan, atau paru-paru. Jeruk bakar juga berpotensi mengganggu keseimbangan asam-basa dalam tubuh dan meningkatkan risiko infeksi bakteri atau jamur.
2. Pesan berantai mengatasnamakan Satgas Covid-19
Hoaks ini berupa pesan berantai yang mengatasnamakan satuan tugas penanganan (Satgas) Covid-19 yang berisi imbauan dan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk pasien Covid-19.
Pesan ini mengeklaim pemerintah telah menyiapkan fasilitas kesehatan dan biaya pengobatan gratis untuk pasien Covid-19 yang memenuhi syarat. Faktanya, pesan ini tidak resmi dan tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Biaya pengobatan Covid-19 tidak ditanggung oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), melainkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).
Pemerintah juga tidak pernah mengeluarkan nomor telepon khusus untuk pasien Covid-19. Nomor telepon yang disebutkan dalam pesan berantai adalah nomor palsu yang bisa digunakan untuk menipu atau mengambil data pribadi korban.
Masyarakat diimbau untuk tidak percaya dengan pesan berantai ini atau menghubungi nomor telepon yang disebutkan. Jika membutuhkan informasi atau bantuan terkait Covid-19, bisa menghubungi nomor resmi yang disediakan oleh pemerintah, seperti hotline 119 ext 9, call center 1500 567, atau website covid19.go.id.
3. Penerima vaksin Covid-19 berisiko alami limfoma dan autoimun
Hoaks ini mengatakan penerima vaksin Covid-19 berisiko lebih tinggi mengalami limfoma dan autoimun. Hoaks ini berasal dari sebuah artikel yang mengutip seorang dokter dengan mengatakan vaksin Covid-19 bisa merusak sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan penyakit berbahaya. Artikel ini kemudian disebarluaskan di media sosial dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Isu ini tidak memiliki dasar ilmiah dan bertentangan dengan fakta vaksin Covid-19 aman dan efektif. Vaksin Covid-19 telah melalui uji klinis yang ketat dan telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Vaksin Covid-19 juga tidak bisa merusak sistem kekebalan tubuh, melainkan justru membantu tubuh untuk mengenali dan melawan Covid-19. Tidak ada bukti vaksin Covid-19 bisa menyebabkan limfoma atau autoimun.
Vaksinasi adalah salah satu cara untuk melindungi diri dan orang lain dari Covid-19. Jika memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tentang vaksinasi, konsultasikan dengan dokter atau petugas kesehatan yang kompeten.
4. Pendaftaran vaksin Covid-19 dari WHO
Hoaks ini berupa pesan berantai yang mengeklaim World Health Organization (WHO) sedang membuka pendaftaran vaksin Covid-19 untuk masyarakat umum. Pesan ini menyertakan tautan pendaftaran yang bisa diakses untuk mendapatkan vaksin Covid-19 secara gratis.
Disebutkan juga, masyarakat harus segera mendaftar karena kuota terbatas. Diketahui ternyata pesan ini adalah penipuan yang bertujuan untuk mengambil data pribadi korban. WHO tidak pernah membuka pendaftaran vaksin Covid-19 untuk masyarakat umum.
Vaksinasi di Indonesia hanya dilakukan oleh pemerintah dan gratis. Tautan pendaftaran yang disebutkan dalam pesan berantai adalah tautan palsu yang bisa mengandung virus, malware, atau spyware yang bisa merusak perangkat dan mencuri data pribadi korban.
5. Vaksin Covid-19 mengandung microchip
Hoaks ini menyebutkan vaksin Covid-19 mengandung microchip yang bisa melacak lokasi dan aktivitas orang yang divaksin. Hoaks ini berasal dari sebuah teori konspirasi yang menyebutkan pendiri Microsoft Bill Gates dan kelompok elite global ingin mengendalikan populasi dunia dengan menggunakan vaksin Covid-19 yang berisi microchip. Hoaks ini kemudian menyebar di media sosial dan membuat banyak orang takut untuk divaksin.
Klaim ini adalah salah satu teori konspirasi yang tidak berdasar dan tidak masuk akal. Tidak ada microchip yang bisa dimasukkan ke dalam vaksin dan tidak ada alasan untuk melacak orang yang divaksin.
Vaksin Covid-19 hanya mengandung bahan-bahan yang dibutuhkan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh dan melawan Covid-19. Lebih lanjut, vaksin Covid-19 juga telah diuji dan disetujui oleh otoritas kesehatan yang independen dan profesional.
6. Vaksin Covid-19 bisa menyebabkan kemandulan
Media sosial dikejutkan dengan kabar vaksin Covid-19 bisa menyebabkan kemandulan pada wanita. Hoaks ini berasal dari sebuah artikel yang mengutip seorang dokter. Dia mengatakan vaksin Covid-19 bisa memicu reaksi autoimun yang merusak plasenta dan mengganggu kehamilan.
Namun, klaim ini tidak memiliki bukti ilmiah dan dibantah oleh para ahli. Vaksin Covid-19 tidak memengaruhi sistem reproduksi dan tidak ada hubungan antara vaksinasi serta kemandulan.
Vaksin Covid-19 juga tidak bisa memicu reaksi autoimun yang bisa merusak plasenta. Sebaliknya, vaksin Covid-19 justru bisa memberikan perlindungan bagi wanita hamil dan janinnya dari risiko komplikasi akibat Covid-19.
7. Vaksin Covid-19 bisa menyebabkan kematian
Hoaks yang mengkhawatirkan lainnya menyebutkan vaksin Covid-19 bisa menyebabkan kematian atau penyakit serius. Pernyataan ini berasal dari beberapa kasus yang melaporkan adanya kematian atau efek samping serius setelah vaksinasi Covid-19.
Hal itu kemudian digunakan untuk menakut-nakuti masyarakat dan menyebarkan berita palsu tentang vaksin Covid-19. Klaim ini tidak sesuai dengan data dan pengalaman nyata. Vaksin Covid-19 telah melalui uji klinis yang ketat dan telah terbukti aman dan efektif. Efek samping yang mungkin terjadi setelah vaksinasi adalah ringan dan sementara, seperti nyeri, bengkak, demam, atau pegal.
Efek samping serius sangat jarang terjadi dan bisa ditangani oleh tenaga medis. Kematian yang dilaporkan setelah vaksinasi Covid-19 tidak bisa langsung disimpulkan sebagai akibat dari vaksin, karena bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti usia, riwayat penyakit, atau penyebab lain.