Pengamat Hubungan Internasional dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Athiqah Nur Alami menyoroti keseriusan pemerintah Indonesia dalam menggalang dukungan internasional untuk menghentikan agresi Israel di Gaza
Ditulis oleh redaksi pada Desember 2, 2023
Pengamat Hubungan Internasional dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Athiqah Nur Alami menyoroti keseriusan pemerintah Indonesia dalam menggalang dukungan internasional untuk menghentikan agresi Israel di Gaza, Palestina. Athiqah menganggap upaya Indonesia sangat masif, terutama dalam menyuarakan gencatan senjata dan mengirimkan bantuan kemanusiaan.
“Gerilya ini terlihat cukup masif sejak invasi atau serangan pada 7 Oktober. Bu Menlu (Menteri Luar Negeri) Retno Marsudi bergerak cepat dengan menginisiasi emergency special session di KTT OKI dan UN General Assembly (Majelis Umum PBB), menunjukkan keseriusan Indonesia sebagai co-sponsor resolusi di PBB,” ujar Athiqah Nur Alami saat diwawancarai secara daring, Kamis (30/11/2023).
Athiqah menekankan bahwa peran Indonesia sebagai negara kekuatan menengah tidak bisa dianggap remeh. Indonesia terus terlibat aktif dalam upaya kenegaraan untuk meredakan kejahatan Israel.
“Indonesia telah dua kali mengirimkan bantuan kemanusiaan dan melakukan kunjungan ke negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, seperti Tiongkok, Perancis, Inggris, dan Rusia, untuk menggalang dukungan guna mencapai gencatan senjata,” tambahnya.
Menurut Athiqah, seruan gencatan senjata yang disampaikan Menlu Retno pada Selasa (28/11/2023) merupakan langkah penting yang perlu terus digaungkan kepada PBB.
“Gencatan senjata adalah agenda penting, terutama untuk mengingatkan pentingnya keanggotaan penuh Palestina. Hingga saat ini, status mereka hanya sebagai pengamat, tidak dapat memberikan suara dalam pidato atau voting di PBB, berbeda dengan Israel,” jelas Athiqah.
Athiqah menilai bahwa diplomasi Indonesia dalam kasus konflik Israel-Palestina terbilang masif, termasuk upaya mendekati negara-negara besar. Meski demikian, indikator keberhasilan diplomasi adalah berhentinya agresi Israel.
“Tentu belum dapat dikatakan berhasil karena Israel belum menyetujui gencatan senjata permanen. Namun, seruan Indonesia dapat menjadi pertimbangan penting di forum internasional,” tutup Athiqah.
Selain itu, Indonesia juga berupaya mendorong keanggotaan Palestina di PBB, dan gencatan senjata permanen bisa tercapai apabila lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB menyetujui hal tersebut.
“Ketika sudah menyetujui akan dibawa ke UN General Assembly baru kemudian di voting. Masalahnya yang menolak itu Amerika Serikat. Sementara Indonesia mencobanya, kalau ini gol (setuju) misalnya akhirnya negara-negara anggota tidak tetap dan tetap Dewan Keamanan PBB ini menyetujui, itu juga menjadi salah satu prestasi untuk Indonesia,” ungkapnya.