Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, gejola perekonomian global masih akan terus berlanjut. Faktor-faktor seperti perang Rusia-Ukraina
Ditulis oleh redaksi pada November 30, 2023
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, gejola perekonomian global masih akan terus berlanjut. Faktor-faktor seperti perang Rusia-Ukraina, perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta konflik di Israel-Palestina menjadi penyebab utama kondisi ini, yang pada akhirnya memengaruhi pertumbuhan ekonomi global.
Menurut Perry, ketidakpastian masih akan terjadi dengan lima karakteristik. Pertama, pertumbuhan ekonomi global yang lebih lambat dan divergen, dengan proyeksi pertumbuhan turun menjadi 2,8% pada 2024 sebelum kembali naik ke 3% pada 2025.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, gejola perekonomian global masih akan terus berlanjut. Faktor-faktor seperti perang Rusia-Ukraina, perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta konflik di Israel-Palestina menjadi penyebab utama kondisi ini, yang pada akhirnya memengaruhi pertumbuhan ekonomi global.
Menurut Perry, ketidakpastian masih akan terjadi dengan lima karakteristik. Pertama, pertumbuhan ekonomi global yang lebih lambat dan divergen, dengan proyeksi pertumbuhan turun menjadi 2,8% pada 2024 sebelum kembali naik ke 3% pada 2025. “Amerika Serikat memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik, sementara Tiongkok melambat, dan India serta Indonesia mengalami pertumbuhan yang tinggi,” kata Perry di acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023.
Kedua, gradual based inflation, terjadi penurunan inflasi yang lambat meskipun ada pengetatan moneter yang agresif di negara maju. Perry memperkirakan bahwa inflasi baru akan turun pada tahun 2024, meskipun masih di atas target karena adanya kenaikan harga energi pangan global dan ketatnya pasar tenaga kerja.
Ketiga, suku bunga negara maju yang tinggi dalam jangka waktu lama (higher for longer). Suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat diperkirakan akan tetap tinggi pada 2024.
Keempat, penguatan mata uang dolar Amerika Serikat yang menyebabkan depresiasi mata uang negara lain di seluruh dunia, termasuk nilai tukar Rupiah.
Kelima, fenomena “cash is the king”. Terjadi aliran modal ke negara maju, terutama Amerika Serikat, karena tingginya suku bunga dan kekuatan dolar Amerika Serikat.
“Fragmentasi geopolitik berdampak pada fragmentasi geoekonomi, yang kemudian menyebabkan prospek ekonomi global meredup pada 2024 sebelum mengalami pemulihan pada 2025,” kata Perry.