Terputar

Title

Artist


 Warga eks Kampung Bayam masih mendiami kawasan trotoar Jakarta Internasional Stadium (JIS) sebagai bentuk protes atas kejelasan nasib hunian layak

Ditulis oleh pada September 24, 2023

Warga eks Kampung Bayam masih mendiami kawasan trotoar Jakarta Internasional Stadium (JIS) sebagai bentuk protes atas kejelasan nasib hunian layak mereka. Warga bersedia pindah ke Rusunawa Nagrak Cililitan, Jakarta Utara dengan tiga syarat.

“Kami meminta negosiasi kami mau dipindahkan Rusunawa Nagrak tetapi dengan beberapa syarat yang kami ajukan, salah satunya sediakan transportasi bagi anak-anak sekolah,” ujar Shierly warga eks Kampung Bayam di lokasi, Jakarta Utara, Sabtu (23/9/2023).

Persyaratan yang kedua, kata Shierly pindah ke Rusunawa Nagrak ini bersifat sementara saja. “Sambil kami menunggu proses untuk Kampung Susun Bayam,” ucapnya.

Selanjutnya, persyaratan ketiga, 11 keluarga eks warga Kampung Bayam ini meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak melakukan pembongkaran tenda sebelum mendapatkan kejelasan tempat tinggal layak bagi mereka.

“Ketiga kami tidak mau tenda dibuka sebelum kami keluar dari sini,” tuturnya.

“Jika persyaratan itu dipenuhi, kami bersiap kerja sama dengan Pemprov DKI untuk Rusunawa Nagrak dan disediakan fasilitas untuk kami angkut barang juga di sana gitu loh,” imbuh Shierly.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, warga eks Kampung Bayam ini menolak pindah dengan alasan belum ada kejelasan mengenai hunian mereka di Kampung Susun Bayam. Selama 10 bulan berdiam di trotoar JIS, mereka mengaku belum ada komunikasi dua arah dari Pemprov DKI.

Kelurahan hanya sekadar menyampaikan hunian di Kampung Susun Bayam belum bisa ditempati tanpa menjelaskan detail alasannya selain masalah keamanan. Warga menanti dan berharap ada tanggung jawab dari pemerintah.

“Setidaknya begini loh, kalau beliau (PJ Gubernur) sendiri saja tidak pernah memberikan kami kesempatan untuk audiensi dan kami mengeluarkan apa yang menjadi pendapat kami yang menjadi kemauan kami,” kata Shierly.

“Karena setiap kali kami tanya dari sini oper ke sini, ini oper ke sini, dari Pemprov oper ke Jakpro, Jakpro oper ke Pemprov, jadi kami kan bingung gitu loh. Sebenarnya ini siapa yang bertanggung jawab di sini saja masih saling lempar-lemparan,” jelasnya.


Pendapat pembaca

Tinggalkan balasan