Anemia, suatu kondisi yang sering kali tak menunjukkan gejala jelas, ternyata dapat memiliki dampak serius pada perkembangan otak anak
Ditulis oleh redaksi pada September 1, 2023
Anemia, suatu kondisi yang sering kali tak menunjukkan gejala jelas, ternyata dapat memiliki dampak serius pada perkembangan otak anak pada rentang usia 2 hingga 5 tahun.
Dr dr Luciana B Sutanto SpGK (K), seorang ahli gizi klinik dari Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa masa ini merupakan periode penting dimana perkembangan otak anak masih berlangsung sekitar 95%.
Dokter Luciana menjelaskan bahwa satu dari tiga anak memiliki risiko mengalami anemia. Ironisnya, kebanyakan orang tua sering kali tidak menyadari gejala-gejala anemia pada anak mereka, seperti penurunan prestasi di sekolah, kelesuan, dan rasa lelah yang berlebihan.
“Oleh sebab itu ada baiknya dilakukan skrining anak dimulai dari dua tahun, meskipun tidak ada gejala. Gunanya skrining mencari masalah atau tidak, diharapkan tidak ada masalah,” ucap Luci dalam sebuah diskusi di Jakarta Kamis, (31/8/2023).
Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi dalam diet harian anak. Saat kebutuhan zat besi tidak terpenuhi, maka akan terjadi gangguan dalam perkembangan kognitif atau otak, serta pertumbuhan anak. Dampaknya bisa mencakup penurunan tingkat kecerdasan, fungsi otak yang terhambat, dan gangguan motorik anak, seperti mudah merasa lelah.
Dokter Luciana bahkan mendorong orang tua untuk memastikan asupan gizi yang seimbang guna mencegah anemia pada anak. Ini termasuk memperhatikan sumber protein hewani yang kaya zat besi. Dia juga menyarankan variasi dalam menu makanan, yang mencakup karbohidrat serta vitamin dan mineral dari sumber makanan pokok, sayuran, dan buah.
“Bagi anak-anak di bawah usia lima tahun, penyajian makanan yang sesuai dengan kemampuan mengunyah anak, serta pemilihan jenis sayuran yang manis dan tidak terlalu kuat rasa agar anak lebih menerima makanan tersebut,” ujarnya.
Selain itu, penting bagi orang tua untuk menjadi contoh dalam mengonsumsi makanan bergizi bersama anak. Ini dapat mendorong anak untuk meniru pola makan yang sehat dan mengambil bagian dalam makan bersama keluarga dengan menu yang sama.
Dia juga menggarisbawahi pentingnya konsumsi susu sebagai sumber protein yang mudah diakses dan kaya nutrisi. “Makanlah dengan variasi agar zat besi tercukupi, termasuk susu sebagai pilihan protein, direkomendasikan dua gelas sehari karena kandungan gizi yang lengkap dan kemudahan konsumsinya,” tambahnya.
Jika anak telah terdiagnosis anemia, langkah pertama yang harus diambil adalah mengikuti tata laksana medis sesuai petunjuk dokter, termasuk konsumsi suplemen zat besi atau suplemen tambahan darah. Namun, dia juga menekankan pentingnya mempertahankan asupan makanan yang kaya zat besi, selain dari suplemen, guna mempercepat pemulihan dari anemia dan mencegah kambuhnya kondisi ini di masa mendatang.