Platform media sosial Meta, Instagram, berencana merilis aplikasi berbasis teks yang akan bersaing dengan Twitter
Ditulis oleh redaksi pada Juni 11, 2023
Platform media sosial Meta, Instagram, berencana merilis aplikasi berbasis teks yang akan bersaing dengan Twitter. Dalam rapat internal Meta, petinggi Meta baru-baru ini telah menampilkan mock-up antarmuka aplikasi pesaing Twitter tersebut kepada karyawan.
rbasis pada Instagram dan akan mendukung ActivityPub, protokol media sosial terdesentralisasi. Ini memungkinkan pengguna dapat mengintegrasikan akun mereka dengan platform media sosial lain, seperti Mastodon.
Kepala Produk Meta, Chris Cox, menyebut aplikasi ini sebagai ‘tanggapan mereka terhadap Twitter’. Aplikasi ini akan menggunakan sistem akun Instagram untuk mengisi informasi pengguna secara otomatis. Nama kode internal untuk aplikasi tersebut adalah “Project 92”, dan nama publiknya mungkin akan menjadi ‘Threads’, berdasarkan dokumen internal yang juga dilihat oleh The Verge.
“Kami telah mendengar dari kreator dan figur publik yang tertarik untuk memiliki platform yang dijalankan secara wajar, yang mereka yakini dapat dipercaya dan diandalkan untuk distribusi,” kata Cox.
Dia mengatakan tujuan perusahaan dalam membangun aplikasi ini adalah keamanan, kemudahan penggunaan, keandalan, dan memastikan bahwa pembuat konten memiliki tempat yang stabil untuk membangun dan mengembangkan audiens mereka.
Cox mengatakan perusahaan telah memiliki selebriti yang berkomitmen untuk menggunakan aplikasi ini, termasuk DJ Slime, dan sedang berdiskusi dengan nama-nama besar lainnya, termasuk Oprah dan Dalai Lama. Pengembangan aplikasi ini telah dimulai sejak Januari 2023 lalu, dan Meta berencana meluncurkan aplikasi ini secepat mungkin.
Di sisi lain, sejak diambil alih oleh Elon Musk, platform Twitter telah banyak mengalami perubahan. Kondisi ini bahkan membuat Twitter mulai ditinggalkan pengguna. Menurut data terbaru dari Pew Research, mayoritas pengguna Twitter di Amerika Serikat (AS) telah “beristirahat” dari platform tersebut selama setahun terakhir, dan banyak pengguna “paling aktif” lebih jarang nge-tweet daripada biasanya.
“Enam dari sepuluh orang Amerika yang telah menggunakan Twitter dalam 12 bulan terakhir mengatakan bahwa mereka telah beristirahat dari platform tersebut selama beberapa minggu atau lebih selama rentang waktu tersebut,” tulis Pew dalam sebuah laporan berdasarkan survei terhadap 10.701 pengguna Twitter.
Dalam laporan terpisah, Pew juga mempelajari perilaku 1.002 pengguna “paling aktif” Twitter dan menemukan penurunan tweet yang nyata dalam beberapa bulan setelah Twitter diakuisisi Elon Musk.
“Jumlah rata-rata tweet pengguna ini per bulan menurun sekitar 25% setelah akuisisi,” catat Pew.
Pew tidak melakukan polling kepada pengguna Twitter tentang alasan mundurnya mereka dari Twitter, atau apakah tindakan Elon Musk secara langsung bertanggung jawab atas perubahan tersebut. Paw juga tidak memperhitungkan berapa banyak pengguna baru yang mungkin telah bergabung dengan Twitter dalam setahun terakhir.