CEO Karo United, Effendi Syahputra menyatakan bau busuk di tubuh federasi sepak bola Indonesia yakni Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI)
Ditulis oleh redaksi pada Januari 24, 2023
CEO Karo United, Effendi Syahputra menyatakan bau busuk di tubuh federasi sepak bola Indonesia yakni Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) harus segera dibenahi. Dikatakan, pemilihan ketua umum PSSI menjadi momentum untuk membenahi sepak bola Indonesia.
“Kita mulai pikir inilah momentum kalau kita mau berbenah dan kita mau merubah sepak bola karena memang tidak bisa kita pungkiri bau busuk itu berasal dari federasi itu sendiri,” katanya dalam acara Kasih Paham bertajuk “Masa Depan Sepak Bola Indonesia” pada Senin (23/1/2023).
Selama mengurus sejumlah klub sepak bola, Effendi mengaku sudah mengalami isu dan peristiwa seperti pengaturan skor dan mafia bola yang memang tidak terlihat, namun tercium tajam busuknya.
“Jadi kebusukan itu ada, tetapi tidak bisa kita lihat. Dan itu dibuktikan dengan dibentuknya Satgas Antimafia Bola. Saya melihat kalau di level klub liga ada dan ini memang sarat kepentingan,” ucap Effendi.
Untuk itu, terkadang ada tim yang diuntungkan dan ada juga yang dirugikan. Ditekankan, berbagai persoalan itu asal muasalnya dari PSSI.
“Jadi kalau memang kalau ditanya sekarang, perubahan harus dimulai dari mana, jawaban saya ya dari federasi itu sendiri,” tegasnya.
Baginya, pemilihan ketua umum PSSI menjadi momentum pembenahan setelah terjadinya tragedi Kanjuruhan. Dikatakan, saat ini muncul dua kekuatan yang membuat voters agak berbeda dalam menentukan pilihannya. Diketahui, terdapat dua tokoh kuat yang mempunyai koneksi politik cukup kuat di Indonesia ini yang mencalonkan diri sebagai ketua umum PSSI, yakni AA La Nyalla Mattalitti dan Erick Thohir.
“Kita berharap setelah pemilihan ketum PSSI baru, segera dibenahi pelan-pelan bisa berubah, baik liganya, kompetisi usia muda dan lainnya,” ujar Effendi.
Effendi menilai pembenahan sepak bola di Indonesia sebenarnya mempunyai senjata yang ampuh dalam bentuk Inpres Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional. Namun, inpres tersebut sama sekali tidak pernah disentuh oleh pengurus PSSI, baik itu ketua umum maupun exco.
“Jadi itu kayak berlalu saja, padahal itu adalah sebuah kekuatan maha dahsyat yang bisa membuat sepak bola kita bangkit. Ada berapa belas kementerian, seluruh gubernur, bupati dan wali kota diajak bersama-sama untuk membangun sepak bola, tetapi tak pernah terealisasi sampai sekarang,” keluh dia.
Untuk itu, Effendi berharap di tangan kedua orang yang akan bersaing pada KLB PSSI mendatang ini pembenahan sepak bola Indonesia dapat berjalan maksimal. Apalagi, kedua calon ketua umum PSSI tersebut memiliki koneksi politik yang luas.
Ia mengakui, meski ada lima calon ketua umum PSSI, namun hanya dua calon yang paling menonjol, banyak didukung oleh voters, dan terbilang paling serius.
“Apalagi kedua pihak sudah menghubungi saya mengajak untuk bicara langsung soal dukungan. Bila tidak ada perubahan dalam Komite Pemilihan PSSI mendatang, mungkin dua nama ini akan bertarung terus sampai di arena kongres KLB pada 16 Februari nanti,” kata Effendi Syahputra.