Terputar

Title

Artist


 Museum Nasional Indonesia bersama artopologi menampilkan 95 karya seni berbalut teknologi yang bertajuk

Ditulis oleh pada Oktober 30, 2022

Museum Nasional Indonesia bersama artopologi menampilkan 95 karya seni berbalut teknologi yang bertajuk “Rekam Masa: Pameran Seni Terintegrasi Blockchain”. Pameran ini diselenggarakan hingga 6 November 2022 mendatang.

Kurator pameran seni rupa, Rain Rosidi mengatakan pameran ini menampilkan karya-karya seni fisik yang data karyanya terintegrasi dalam jaringan blockchain yang dapat dilihat dalam platform Artopologi.

“Selain mengangkat karya dan peristiwa seni di ruang pamer,’Rekam Masa’ juga memperkenalkan kelebihan teknologi blockchain untuk merekam portofolio seorang seniman, jejak sebuah karya, dan menyimpan sertifikat keasliannya dalam bentuk token digital,” katanya .

“Rekam Masa” merupakan sebuah pameran yang mengambil tema perjalanan waktu antara seni yang berpadu dengan teknologi. Maknanya mengacu pada stempel waktu yang menjadi landasan teknologi blockchain, di mana setiap karya seni dalam pameran terintegrasi ke dalam jaringan tersebut.

Rain menambahkan rantai blok merupakan teknologi validasi data yang dilakukan dengan cara desentralistik oleh validator yang tersebar, yang membuat suatu data tidak dapat diubah. Blok data itu diamankan dan diikat satu dengan yang lainnya menggunakan prinsip kerja keamanan kriptografi.

“Seluruh informasi transaksi yang ada di dalamnya bisa dilihat oleh siapa saja karena bersifat transparan untuk orang-orang yang ingin melihatnya. Oleh karena itu, suatu data dapat dengan mudah untuk dilacak riwayat asal-usulnya, dapat dibuktikan oleh stempel waktu yang dinyatakan oleh sistem kriptografi,” kata dia.

Karya seni fisik yang ditampilkan, antara lain, lukisan, fotografi, patung, instalasi, pertunjukan, seni serat, videografi serta fashion masterpiece. Terdapat 95 seniman yang karya-karyanya ditampilkan di Museum Nasional Indonesia.

Karya-karya yang ditampilkan merupakan karya dari Teguh Ostenrik, Galam Zulkifli, Dipo Andy, Mang Moel, FJ Kunting, Rinaldy Yunardi, Didi Budiarjo, Ghea Panggabean, Joshua Irwandi, dan para seniman lainnya. Terdapat pula sajian karya seni digital dan instalasi art wedding.

“Ini merupakan upaya untuk menampilkan karya dan peristiwa seni yang terkurasi. Kemudian sebagai bentuk edukasi sekaligus aktivasi mengenai penggunaan teknologi rantai blok (blockchain) kepada seniman maupun kolektor dan masyarakat umum,” ujar salah satu kurator pameran, Sudjud Dartanto.

Setiap karya seni dalam pameran terintegrasi ke dalam jaringan rantai blok yang dinyatakan oleh kode kriptografi sebagai sebuah pernyataan keahlian atas setiap karya yang diinput.

Teknologi itu memiliki keunggulan, yaitu sifatnya yang lebih transparan, aman, otomatis, dan terdesentralisasi. Dengan keunggulan itu, teknologi blockchain dapat menghasilkan sistem relasi atau interaksi baru, terutama yang berkaitan dengan distribusi aset, termasuk koin kripto dan aset lain yang biasa disebut Non-Fungible Token (NFT).

CEO dan Pendiri Artopologi, Intan Wibisono, mengatakan Artopologi merupakan lokapasar karya seni fisik yang terintegrasi dengan blockchain. Setiap karya seni fisik, seperti lukisan, patung, instalasi seni, yang dipamerkan dan diperjualbelikan di laman Artopologi disertai dengan sertifikat keaslian digital yang terdaftar di blockchain.

“Jadi yang ditransaksikan atau yang ditampilkan di situ karya seni fisik. Jadi transkasinya menggunakan rupiah. Tidak menggunakan cryptocurrency apapun,” kata dia.

Intan menjelaskan setiap pengguna lokapasar Artopologi harus mempunyai crypto wallet. Ketika proses jual beli sudah dilakukan, akan ada dua langkah yang akan dilakukan. Karya fisik akan diantarkan ke manapun sesuai keinginan pembeli, sedangkan sertifikat keaslian digitalnya akan ditransfer melalui crypto wallet.


Pendapat pembaca

Tinggalkan balasan