Apa itu HIV?
Ditulis oleh redaksi pada September 2, 2022
Apa itu HIV? HIV adalah singkatan dari human immunodeficiency virus, yakni jenis virus yang menyerang sel kekebalan tubuh yang disebut sel CD4. Ini adalah jenis sel darah putih yang beredar di seluruh tubuh, yang dapat mendeteksi infeksi atau terjadinya masalah pada sel lain.
Mengutip dari Medical News Today, HIV adalah salah satu penyakit menular seksual yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Tanpa pengobatan, infeksi akibat HIV dapat berkembang ke stadium lanjut, yang disebut AIDS.
HIV menyusup ke sel CD4, menggunakannya untuk membuat lebih banyak virus, dengan demikian, virus-virus ini akan menghancurkan sel-sel kekebalan dan mengurangi kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi dan penyakit lainnya.
Berkat kemajuan di bidang kesehatan, orang dengan HIV dapat memiliki akses ke perawatan kesehatan yang berkualitas. Jika orang dengan HIV menerima pengobatan yang tepat, maka risiko mengembangkan AIDS akan rendah.
Banyak orang dengan HIV tetap dapat hidup normal dan berkualitas, dan juga memiliki harapan hidup yang tinggi, jika ia rutin meminum obat. Status HIV bisa menjadi undetected dan non transmitted jika orang dengan HIV mengonsumsi obat antiretroviral atau ARV secara rutin, sesuai dengan yang disarankan oleh dokter.
Namun, ketika orang dengan HIV tidak menjalani pengobatan secara rutin, maka sistem kekebalan tubuh secara bertahap akan melemah. Ini bisa meningkatkan risiko HIV stadium 3 atau AIDS. AIDS adalah singkatan dari acquired immune deficiency syndrome, yakni stadium lanjut dari HIV.
Penyebab HIV
HIV dapat menular ketika tubuh kita terpapar dengan cairan tubuh yang mengandung virus dari seseorang yang mengidap HIV. secara khusus, HIV dapat menular melalui:
- Darah
- Air mani
- Cairan praejakulasi
- Cairan vagina
- Cairan rektum
- ASI
- Berbagi jarum suntik
Virus tidak dapat menular melalui air liur, sehingga seseorang tidak dapat tertular HIV melalui ciuman mulut.
Baik hubungan seksual secara anal atau vaginal, dapat menyebabkan penularan HIV, terlebih jika hubungan seksual dilakukan tanpa alat kontrasepsi seperti kondom dan tanpa PrEP atau pre-exposure prophylaxis, yakni pengobatan yang bertujuan untuk mencegah penularan HIV.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko HIV berkenbang menjadi AIDS, dan ini sangat bervariasi antarindividu yang satu dengan yang lain. Beberapa faktor tersebut, yakni:
- Usia orang dengan HIV
- Kemampuan tubuh untuk bertahan melawan HIV
- Akses ke sistem kesehatan yang berkualitas
- Adanya infeksi lain
- Resistensi genetik seseorang terhadap jenis HIV tertentu
- Jenis HIV tertentu, beberapa virus ada yang resisten terhadap obat
Gejala awal HIV
Beberapa orang dengan HIV tidak menunjukkan adanya gejala apa pun selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah tertular virus. Meski tanpa gejala, risiko penularannya masih sangat tinggi. Untuk itu, bagi Anda yang aktif secara seksual, terlebih dilakukan dengan lebih dari satu orang, tes rutin untuk mendeteksi HIV adalah suatu kewajiban.
Namun, ada juga beberapa orang yang mengembangkan gejala awal HIV sekitar 2–4 minggu setelah ia tertular virus tersebut. Beberapa gejala awal HIV yang bisa diwaspadai, yakni:
- Demam
- Tubuh meriang
- Berkeringat, terutama di malam hari
- Pembengkakan pada kelenjar getah bening
- Kelelahan
- Tubuh melemah
- Sering alami nyeri, terutama nyeri sendi
- Nyeri otot
- Sakit tenggorokan
Gejala ini merupakan hasil dari sistem kekebalan tubuh yang berjuang melawan infeksi. Bagi Anda yang mengalami gejala-gejala ini, terlebih gejala muncul setelah Anda tak jauh dari hubungan seksual terakhir Anda, maka segera lakukan tes untuk mendeteksi HIV.
Gejala HIV stadium 3/AIDS
Jika orang dengan HIV tidak menerima pengobatan yang efektif, virus akan melemahkan kemampuan tubuhnya untuk melawan infeksi, sehingga membuatnya mengalami penyakit yang serius.
Ketika sel CD4 sudah sangat berkurang, atau tepatnya kurang dari 200 sel per milimeter kubik, maka dokter mungkin akan mendiagnosis kondisi ini sebagai HIV stadium 3 atau AIDS.
Gejala AIDS meliputi:
- Penglihatan kabur
- Batuk kering
- Berkeringat, terutama di malam hari
- Muncul bintik-bintik putih di lidah dan mulut
- Sesak napas
- Pembengkakan kelenjar selama berminggu-minggu
- Diare, yang bahkan bersifat kronis
- Demam lebih dari 37 derajat Celsius, yang berlangsung selama berminggu-minggu
- Kelelahan ekstrem
- Penurunan berat badan yang drastis secara tiba-tiba
Seseorang dengan AIDS memiliki peningkatan risiko yang signifikan untuk mengembangkan penyakit kronis yang mengancam jiwa. Tanpa pengobatan rutin, harapan hidup orang dengan AIDS biasanya hanya berlangsung sekitar 3 tahun setelah didiagnosis.
Tidak perlu patah semangat, jika Anda sudah didiagnosis HIV. Cobalah untuk mendisiplinkan diri meminum obat secara teratur, karena orang dengan HIV yang rutin minum obat mungkin tidak akan pernah mengembangkan penyakitnya hingga menjadi AIDS. Pengobatan yang teratur dan konsisten juga dapat membantu orang dengan HIV memulihkan beberapa fungsi kekebalan yang hilang akibat penyakit ini, sehingga tubuhnya dapat kembali menangkal infeksi yang parah.
Tetap semangat, mengidap HIV bukanlah akhir dari hidup Anda, asalkan Anda mau dan konsisten untuk mengambil pengobatan, maka Anda tetap bisa mendapatkan kehidupan yang berkualitas dan hidup lebih lama.