Harga minyak naik sekitar 4% karena positifnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan konsumsi bahan bakar AS kuat mengimbangi
Ditulis oleh redaksi pada Agustus 19, 2022
Harga minyak naik sekitar 4% pada Kamis (18/8/2022) karena positifnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan konsumsi bahan bakar AS kuat mengimbangi kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara lain yang bisa memicu lemahnya permintaan energi.
Harga minyak brent berjangka naik US$ 3,41, atau 3,6%, menjadi US$ 97,06 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 3,00, atau 3,4%, menjadi US$ 91,11.
Harga naik lebih 1% pada hari sebelumnya, meskipun Brent sempat jatuh ke level terendah sejak Februari, karena tanda-tanda perlambatan meningkat di beberapa negara dunia.
“Harga minyak naik setelah data ekonomi AS mengesankan sehingga mendorong optimisme prospek permintaan minyak mentah,” kata analis pasar di perusahaan data OANDA, Edward Moya.
Moya mencatat bahwa OPEC tidak akan membiarkan pelemahan harga minyak baru-baru ini berlanjut lebih jauh.
Data menyebutkan warga Amerika yang mengajukan klaim baru tunjangan pengangguran turun minggu lalu dan data periode sebelumnya direvisi turun. Hal ini menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja tetap bagus meski ada momentum melambat karena suku bunga tinggi.
Sekretaris Jenderal baru Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Haitham Al Ghais mengatakan kepada Reuters bahwa penyebab kenaikan harga minyak buka OPEC, melainkan pembuat kebijakan, pembuat undang-undang dan investasi di sektor minyak dan gas yang tidak mencukupi.
Al Ghais mengatakan pada pertemuan berikutnya bulan September, OPEC+, yang mencakup pemasok minyak lainnya seperti Rusia, dapat memangkas produksi jika perlu. “Kami dapat menambah produksi jika perlu, itu semua tergantung pada keadaan,” kata dia.
Data Administrasi Informasi Energi menunjukkan, persediaan minyak mentah AS turun 7,1 juta barel dalam minggu yang berakhir 12 Agustus, dibanding ekspektasi penurunan 275.000 barel, karena ekspor mencapai rekor 5 juta barel per hari (bph).
Larangan ekspor minyak Rusia oleh Uni Eropa (UE) dapat memperketat pasokan dan menaikkan harga minyak dalam beberapa bulan mendatang.
“Embargo UE akan memaksa Rusia menutup sekitar 1,6 juta (bph) produksi pada akhir tahun, meningkat menjadi 2 juta bph pada 2023,” kata penelitian konsultan dalam sebuah catatan.
Dokumen Kementerian Ekonomi yang dilihat Reuters menunjukkan, Rusia memperkirakan akan meningkatkan produksi dan ekspor hingga akhir 2025. Pendapatan dari ekspor energi akan naik 38% tahun ini, karena volume ekspor minyak.