Guyuran modal dari penjualan hak siar dan injeksi bank, membuat Barca masih bisa berbelanja. Sayang dana hak siar dan bank itu tak memasukkan kekurangan bayaran 17 juta pound (Rp 30,6 miliar) kepada Frenkie de Jong dalam daftar alokasi pengeluaran.
Seperti semua bintang Barca, gaji Frenkie de Jong dipangkas sementara akibat keuangan yang morat marit gara-gara pandemi.
Frenkie de Jong mungkin tak begitu memasalahkan soal ini karena dia ingin dipertahankan mati-matian oleh klubnya, dari kejaran MU atau siapa pun yang berusaha merekrutnya.
Sikap mengecewakan Barcelona terhadap pemainnya bukan kali ini saja terjadi.
Empat tahun silam Barca membajak Malcom yang sudah hampir bergabung dengan AS Roma dari Bordeaux. Tapi setahun setelah menjadi pemain Barca, Malcom malah dipinjamkan kepada Zenit St Petersburg di Rusia.
Nasib sama menimpa Arthur Melo. Pemain ini direkrut sebagai penerus Andreas Iniesta. Tetapi kemudian malah dilego ke Juventus pada 2020.
Contoh lainnya pemain muda Rapid Vienna, Yusuf Demir, yang mengisi tempat Antoine Griezmann karena balik lagi ke Atletico Madrid. Demir juga tak lama di Barca. Dia terpaksa balik lagi ke Austria.
Itu tak membuat pemain-pemain bintang di Barcelona ingin hengkang. Mereka bahkan rela pangkas gaji asal tetap berseragam Barcelona.
Namun bagi sebagian besar pesepak bola Eropa, menjadi pemain Barca adalah impian. Oleh karena itu, begitu sudah di dalam, mereka seperti enggan keluar lagi
Nama besar Barcelona memang magnet besar, apalagi gaya hidup di ibu kota Catalonia ini membuat betah pesepak bola dan keluarga mereka.
Dalam soal Frenkie de Jong, Barcelona sudah mempersilakan dia pergi, sekalipun Presiden Barcelona Joan Laporta dalam bahasa yang ambigu menyatakan tak ingin menjual pemain ini. Laporta beralasan situasi keuangan klublah yang memaksa Barca menjual pemain.
Direktur olahraga Mateu Alemany lebih saklek lagi, bahwa terlepas Frenkie de Jong bertahan atau tidak, Barca memang mesti melego pemain guna melepaskan diri dari beban gaji tinggi untuk pemain.
Para petinggi MU menjadi cenderung meluluskan keinginan Erik ten Hag, apalagi pelatih asal Belanda ini sudah membuktikan formulanya ampuh dalam mengubah skuad MU menjadi lebih atraktif dan lebih menekan seperti terlihat dalam empat laga pramusim di Asia dan Australia.
Oleh karena itu, ketika ten Hag ngotot menguber Frenkie de Jong, manajemen United sama ngotot-nya, sampai-sampai Kepala Eksekutif Richard Arnold dan Direktur Olahraga John Murtough menyempatkan diri terbang langsung ke Barcelona untuk kepentingan transfer Frenkie de Jong.
Bukan hanya Frenkie de Jong dibidik ten Hag. Tiga pemain baru United, yakni Tyrell Malacia, Cristian Eriksen dan Lisandro Martinez, adalah rekomendasi-rekomendasi mantan pelatih Ajax itu.
Masih ada Antony di Ajax dan sejumlah pemain lain yang diincar United, tetapi yang utama tetap Frenkie de Jong.
Ten Hag menginginkan seorang pemain yang memang peran sentral di lapangan tengah yang bisa menangkal agresi lawan di tengah dan sekaligus menjadi poros untuk menusuk ke daerah pertahanan lawan. Ini soal filosofi sepakbola ten Hag.
Di mata ten Hag, pemain yang tepat mengisi posisi ini adalah Frenkie de Jong. Ten Hag ingin Frenkie de Jong bermain di jantung lapangan tengah untuk menjadi pengatur lalu lintas bola antara pertahanan dan serangan