Terputar

Title

Artist


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI, melalui Direktorat Perfilman, Musik dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar kegiatan “Temu Seni”

Ditulis oleh pada Juli 25, 2022

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI, melalui Direktorat Perfilman, Musik dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar kegiatan “Temu Seni” yang bertujuan sebagai ajang silaturahmi, apresiasi dan jejaring seni tari sekaligus memperkenalkan dan menambah gaung “Indonesia Bertutur 2022” di daerah cagar budaya di Indonesia.

Acara “Temu Seni” yang berlangsung pada 18-24 Juli di Kota Ubud, Gianyar, Bali diikuti oleh 18 koreografer muda dari beragam latar genre dan berbagai tempat di Indonesia.

“Kegiatan ‘Temu Seni’ ini merupakan salah satu rangkaian dari festival mega event ‘Indonesia Bertutur 2022’ yang digelar menjadi bagian dari perhelatan akbar Pertemuan Menteri-Menteri Kebudayaan G20 (G20 Ministerial Meeting on Culture) yang akan dilaksanakan di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada September mendatang,” ujar Direktur Perfilman, Musik dan Media, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra dalam keterangan pada Minggu (24/7).

Dalam keterangan tertulis, setelah genap seminggu para koreografer menjalani dan melaksanakan 4 agenda utama “Temu Seni”, yaitu Laboratorium Seni, Diskusi dan Sarasehan, Kunjungan Situs dan Kunjungan Budaya, dalam arahan dan bimbingan 2 fasilitator maka para peserta “Temu Seni” berkesempatan untuk mempersembahkan karya mereka dalam 3 sesi pertunjukkan dengan menghadirkan 13 pementasan karya tari, baik dibawakan secara tunggal maupun kolaborasi dengan sesama peserta.

Fasilitator Temu Seni Tari Helly Minarti menuturkan, melampaui ajang “Temu Seni” ini harapan dan biasanya yang terjadi adalah kolaborasi, pertemanan baru dan tumbuhnya sense ‘aku tidak sendirian’, kesempatan untuk berjejaring.

“Pasalnya, ada permasalahan yang dialami dan dirasakan oleh setiap koreografer dari tempat asalnya masing-masing. Di ‘Temu Seni’ ini, mereka saling berbagi strategi untuk mencari solusi, berteman, berkomunikasi dan membangun rasa bahwa mereka sama sekali tidak sendirian,” kata Helly.Sementara itu, fasilitator Joned Suryatmoko menambahkan bahwa apa yang dapat dihasilkan dari ajang ini pasti banyak sekali, terbentang begitu banyak kemungkinan-kemungkinan, semakin tidak hanya terbaca, namun juga teralami dan terujicobakan.

“Ini yang menurut saya begitu berguna ketika kelak para koreografer muda ini kembali ke kota asal masing-masing di mana mereka bisa menggerakkan praktik-praktik seni tari mereka sendiri dengan membawa cakrawala baru metode penggarapan dan materi karya yang lebih banyak. Pementasan hari ini memperlihatkan adanya pilihan praktik artistik yang beragam, karena pentas solo maupun kolaborasi bisa dilihat sebagai praktik yang berbeda dalam arti penampilan di atas panggung, namun secara makna produksi yang luas, pada dasarnya dalam seni tari, ini sesungguhnya adalah sebuah ikhtiar dan kerja kolektif,” demikian penjelasan Joned

Sedangkan dalam momen “Lokakarya dan Pementasan Tari Kecak” bersama Maestro kecak, I Ketut Rani menyampaikan apresiasi dan kekaguman atas kemampuan gemilang yang ditunjukkan oleh 18 koreografer Temu Seni saat belajar tari kecak dalam momen yang begitu singkat sekaligus mementaskannya bersama Maestro di Pura Kahyangan Tiga. Cak Rani mengakui bahwa para koreografer muda adalah seniman terpilih sesungguhnya.

Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022, Melati Suryodarmo memaparkan bahwa pertunjukan pamungkas di ajang “Temu Seni” merupakan momen yang begitu menarik sebagai sebuah pertunjukan karya dari koreografer muda Indonesia dengan proses pengkaryaan melalui pendekatan yang berbeda dan istimewa.

“Peserta laboratorium seni tari ini adalah para koreografer muda dari berbagai wilayah di Indonesia, yang diundang untuk membangun percakapan, menguji ide-ide mereka dan menampilkan satu karya tunggal atau kolaborasi pendek pada akhir laboratorium,” ungkapnya.

Lebih jauh Melati menuturkan, karya-karya yang ditampilkan disarankan berdasarkan pemahaman tentang situs cagar budaya terdekat di wilayahnya, namun bebas untuk menginterpretasikan narasi dan maknanya atau mengembangkannya sesuai dengan arahan kekaryaan masing-masing. Ia pun menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh koreografer muda peserta “Temu Seni”, para fasilitator, narasumber dan komunitas Teater Kalangan yang sudah bekerja demikian keras hingga terwujudnya ajang “Temu Seni” tema Tari di Ubud, Bali.

Sebagai informasi, para koreografer muda yang diundang tidak hanya punya pengalaman berkarya terkait peninggalan masa lampau, namun juga berorientasi pada praktik kontemporer yang visioner dalam versi yang berbeda-beda. Sebelum pelaksanaan program, para koreografer dibekali materi tentang situs cagar budaya di wilayah BPCB Bali. Materi ini berfungsi sebagai referensi dalam laboratorium, sekaligus sebagai perbandingan dengan situs cagar budaya yang mereka temukan di wilayah masing-masing.

Salah satu koreografer muda asal Jambi, Kurniadi Ilham menjelaskan tentang karya kolaborasinya berjudul Sssst! yang dikatakan ada semacam paradoks dan kontradiksi. “Inspirasinya adalah kepedulian dan kekhawatiran kami berempat terhadap situs cagar budaya dan ekosistem yang ada disekitarnya yang dimiliki di tempat kita masing-masing yang terancam dengan kemajuan industri. Kami melihat sebuah kebisingan parah dan eksploitasi mengepung situs-situs itu. Saya bersyukur bisa bergabung di ajang ini, saya rasa berada di Temu Sini ini baru semacam embrio untuk kemudian menumbuhkan masa depan tidak hanya bagi kami sebagai seniman, namun juga dunia seni tari Indonesia,” demikian penjelasan Kurniadi.


Pendapat pembaca

Tinggalkan balasan