Presiden Tiongkok Xi Jinping mendukung perundingan damai Rusia dan Ukraina
Ditulis oleh redaksi pada Maret 11, 2022
Presiden Tiongkok Xi Jinping mendukung perundingan damai Rusia dan Ukraina. Seperti dilaporkan Al Jazeera, Rabu (9/3/2022), Xi menyerukan “pengekangan maksimum” setelah Rusia menginvasi Ukraina dan mengatakan Beijing “sedih melihat api perang menyala kembali di Eropa”.
Pada Selasa, Xi berbicara pada pertemuan virtual dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Dia mengatakan ketiga negara harus bersama-sama mendukung pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina.
Penyiar CCTV melaporkan pemimpin Tiongkok menggambarkan situasi di Ukraina sebagai “sangat mengkhawatirkan” dan mengatakan prioritasnya harus mencegahnya meningkat atau “berputar di luar kendali”.
Xi juga mengatakan Prancis dan Jerman harus melakukan upaya untuk mengurangi efek negatif dari krisis, dan menyatakan keprihatinan tentang dampak sanksi terhadap stabilitas keuangan global, pasokan energi, transportasi dan rantai pasokan.
Dalam satu pernyataan, juru bicara pemerintah Jerman mengatakan Kanselir Scholz, Presiden Macron, dan Presiden Xi setuju untuk sepenuhnya mendukung semua negosiasi yang ditujukan untuk solusi diplomatik atas konflik tersebut.
“Tiga kepala negara dan pemerintah berbicara mendukung bantuan kemanusiaan dan akses ke daerah-daerah yang diperebutkan,” kata juru bicara itu, seraya menambahkan tiga menteri luar negeri mereka akan mengadakan konsultasi erat untuk mengoordinasikan upaya lebih lanjut untuk mengakhiri perang.
Tiongkok yang telah menolak untuk mengutuk serangan Rusia terhadap Ukraina atau menyebutnya sebagai invasi, telah berulang kali menyatakan penentangan terhadap apa yang digambarkannya sebagai sanksi ilegal terhadap Rusia.
Persahabatan Tiongkok dengan Rusia, yang diperkuat bulan lalu ketika Presiden Vladimir Putin menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing pada hari yang sama ketika negara-negara tersebut mendeklarasikan kemitraan strategis “tanpa batas”, telah menjadi canggung bagi Tiongkok ketika perang di Ukraina meningkat.
Katrina Yu dari Al Jazeera, melaporkan dari Beijing, mengatakan Tiongkok berada di bawah tekanan yang meningkat untuk mengambil sikap dalam konflik Ukraina.
“Apa yang ingin dilihat Tiongkok adalah akhir yang cepat dari perang di Ukraina ini. Tetapi ketika keadaan meningkat, jelas Beijing berada di bawah tekanan yang meningkat untuk mengekspresikan pandangannya sebagai teman Rusia yang dikenal, serta terlihat memainkan semacam peran aktif,” kata Yu.