BYD, produsen otomotif asal China, menorehkan pencapaian gemilang pada 2024 dengan menjual 4,27 juta kendaraan. Uniknya, penjualan terbesar justru berasal dari mobil hibrid, mengungguli mobil listrik yang selama ini menjadi andalan BYD.
Mengutip laporan Paultan pada Jumat (3/1/2025), BYD membukukan total penjualan 4.272.145 unit sepanjang 2024. Dari angka tersebut, mobil hibrid mendominasi dengan 2.485.378 unit terjual, menyumbang 58,5% dari total penjualan. Mobil listrik berada di urutan kedua dengan 1.764.992 unit, atau 41,5%. Sisa penjualan berasal dari kendaraan niaga yang mencapai 21.775 unit.
“Komposisi ini berbeda dibandingkan 2023, di mana mobil listrik BYD lebih mendominasi. Kini, penjualan mobil hibrid BYD lebih banyak 720.000 unit dibandingkan mobil listrik,” tulis Paultan.
Perubahan ini terjadi karena mobil listrik BYD menghadapi tantangan baru, terutama di pasar Eropa. Beberapa negara di Eropa mulai menerapkan tarif tambahan untuk mobil listrik buatan China, termasuk BYD. Kebijakan ini membuat harga mobil listrik BYD di Eropa menjadi jauh lebih mahal dibandingkan sebelumnya, sehingga memengaruhi daya saing produk di pasar internasional.
Namun, BYD tidak tinggal diam. Mereka telah menyusun strategi untuk memperkuat posisinya di pasar global. Salah satu langkah besar yang sedang ditempuh adalah pembangunan pabrik mobil listrik di Subang, Jawa Barat.
Pabrik yang dijadwalkan mulai beroperasi pada kuartal IV 2025 ini diharapkan dapat memproduksi mobil listrik secara lokal untuk pasar Asia Tenggara dan global. Selain itu, pabrik tersebut diproyeksikan membuka 87.000 lapangan kerja baru di Indonesia, sekaligus menjadi pilar penting dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik nasional.
Dengan pencapaian 2024 yang luar biasa, BYD membuktikan fleksibilitasnya dalam merespons perubahan pasar global. Strategi diversifikasi produk, antara hibrid dan listrik, tampaknya menjadi kunci keberhasilan mereka di tengah tantangan industri otomotif global.