Terputar

Title

Artist


Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar memaparkan resiko dan dampak dari memanasnya konflik di Timur Tengah pasca serangan Iran ke Israel kepada sektor jasa keuangan

Ditulis oleh pada April 18, 2024

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar memaparkan resiko dan dampak dari memanasnya konflik di Timur Tengah pasca serangan Iran ke Israel kepada sektor jasa keuangan.
Menurutnya, konflik yang terjadi di Timur Tengah saat ini berdampak pada stabilitas harga minyak dan perdagangan internasional yang secara psikologis berdampak pada pasar saham, obligasi, dan nilai tukar.

“Sementara ini dilihat dari transmisi yang ada, risiko itu masuk ke harga minyak, lalu pengaruhnya ke perdagangan internasional dan juga memang secara psikologis memengaruhi pergerakan pasar, pasar saham, obligasi, dam nilai tukar. Ini yang kami cermati dan perhitungkan,” ujarnya saat dijumpai di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (17/4/2024).

Sementara itu, ia mengatakan bahwa dampak konflik di Timur Tengah pada sektor jasa keuangan masih relatif kecil.

“Apa yang kami lihat dalam sektor jasa keuangan menyeluruh dari segi eksposure ke surat berharga, saham, dan kepemilikan investor yang langsung berkaitan dengan timteng praktis bisa dikatakan sangat kecil,” jelasnya.

Di lain sisi, di saat yang sama, Mahendra melihat adanya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS).

“Kami cermati di saat yang sama di belahan dunia lain kita lihat bahwa di Amerika Serikat kondisi inflasinya dan pertumbuhan ekonominya jauh tinggi dari yang diprakirakan sebelumnya,” tambahnya.

Namun, ia melihat mencuatnya isu Timur Tengah dapat berimbas pada potensi penurunan tingkat bunga acuan bank sentral AS Federal Reserve pada 2024. Mahendra menyebut kemungkinan penurunan suku bunga itu akan tidak banyak, berbeda dari perkiraan sebelumnya. Begitu pula dengan frekuensi penurunan suku bunga.

“Tentu akan berdampak terkait isu Timur Tengah tadi dan kemungkinan penurunan tingkat bunga The Fed fund rate di tahun ini tidak banyak seperti perhitungan dan prakirakan sebelumnya,” ungkapnya.

“Tingkat bunga yang lebih tinggi dari yang diprakirakan sebelumnya pada paruh kedua tahun ini, nampaknya akan menjadi skenario yang akan lebih mengemuka ke depan ini,” sambungnya.

Secara paralel, pihaknya juga mengamati pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebagai mitra dagang strategis Indonesia.

“Juga kami lihat faktor yang dilihat paralel, selain juga pertumbuhan ekonomi Tiongkok kita cermati sebagai mitra dagang utama Indonesia,” katanya.

Meski demikian, Mahendra menyebut bahwa pihanya mesti melihat semua skenario dan kemungkinan yang bakal terjadi dengan seksama.

“Namun, tentu harus dicermati berbagai skenario dengan seksama, kita juga lihat secara individu di lembaga-lembaga keuangan,” pungkasnya.