Seorang mantan polisi di Haiti kini menjadi pemimpin salah satu geng paling ditakuti di negara itu
Ditulis oleh redaksi pada Maret 12, 2024
Seorang mantan polisi di Haiti kini menjadi pemimpin salah satu geng paling ditakuti di negara itu. Ia mampu memberi ancaman yang berujung pada mundurnya Perdana Menteri Haitu Ariel Henry.
Pria yang bernama Jimmy “Barbecue” Cherizier ini menggambarkan dirinya sebagai seorang revolusioner. Ia mengaku ingin menyapu bersih elite di negara yang dilanda krisis tersebut.
Sebagai ketua aliansi geng yang dijuluki “keluarga G9”, Barbecue yang berusia 46 tahun telah menjadi wajah dari kekacauan dan kekerasan yang melanda Haiti. Negara Karibia tersebut, yang kini terjerumus ke dalam kekacauan politik dan kemanusiaan yang mendalam.
Awal bulan ini, para geng bersenjata di Haiti mengumumkan, mereka akan bergabung melawan pemerintah dan menyerang bandara, akademi kepolisian, dan penjara, tempat ribuan narapidana dapat melarikan diri.
“Tidak mungkin sekelompok kecil orang kaya yang tinggal di rumah megah memutuskan nasib orang-orang yang tinggal di lingkungan kelas pekerja,” kata Barbecue pada Selasa (5 Maret), saat berbicara dengan wartawan.
“Kita semua harus bersatu. Haiti akan menjadi surga bagi kita semua, atau menjadi neraka bagi kita semua,” tambahnya.
Ia juga mengancam bakal terjadi perang saudara kecuali Perdana Menteri Ariel Henry mengundurkan diri.
Pada tahun 2022, sebagai ketua aliansi geng G9, Barbecue memblokir terminal bahan bakar Haiti selama berminggu-minggu, sehingga melumpuhkan distribusi bensin dan memperburuk kondisi negara tersebut.
Pengepungan terminal BBM ini menimbulkan seruan bagi pasukan multinasional untuk turun tangan guna membantu polisi Haiti yang kewalahan memulihkan keadaan. Namun, pasukan asing yang telah lama ditunggu-tunggu belum bisa dikerahkan di tengah perselisihan hukum.
Sebagai tanda kuat pengaruhnya, pada bulan Oktober 2022 Barbecue masuk dalam daftar teratas sanksi PBB yang menargetkan geng bersenjata Haiti, termasuk larangan perjalanan, pembekuan aset, dan embargo senjata.
Meskipun ada sanksi, Barbecue terus melakukan tindakan yang mengancam perdamaian, keamanan, dan stabilitas Haiti. Laporan PBB memerinci berbagai aktivitas kriminal yang dilakukan geng-geng tersebut di seluruh wilayah yang mereka kuasai, termasuk ibu kota Port-au-Prince.
Geng aliansi bersenjata pimpinan Barbecue memiliki anggota lebih dari 1.000 orang yang sebagian besar terdiri dari mantan polisi, penjaga keamanan dan anak-anak jalanan. Mereka telah dituduh melakukan pembunuhan, perampokan, pemerasan, pemerkosaan, pembunuhan yang ditargetkan, perdagangan narkoba, dan penculikan.
Para ahli sanksi PBB juga menyoroti keterlibatan Barbecue dalam pembantaian Saline yang terjadi pada tahun 2018 di daerah kumuh di ibu kota.
“Saat menjabat sebagai petugas Kepolisian Nasional Haiti, Jimmy Cherizier merencanakan dan berpartisipasi dalam serangan La Saline tahun 2018,” kata Departemen Keuangan AS yang menjatuhkan sanksi sendiri pada tahun 2020.
Pembantaian tersebut menyebabkan 71 orang tewas dalam beberapa hari, dan geng-geng bersenjata tersebut digunakan oleh pihak berwenang untuk membungkam tuntutan lingkungan kelas pekerja.
“Geng-geng bersenjata memindahkan para korban, termasuk anak-anak, dari rumah mereka untuk dieksekusi dan kemudian menyeret mereka ke jalan-jalan dengan tubuh korban dibakar, dipotong-potong, dan dijadikan makanan hewan,” demikian isi sanksi AS.
Barbecue yang secara teratur mengunggah video dirinya memegang senjata dan mengenakan jaket antipeluru di media sosial, menolak tuduhan yang ditujukan kepadanya. “Saya bukan seorang gangster, saya tidak akan pernah menjadi seorang gangster”, katanya dalam wawancara tahun 2021 dengan stasiun televisi Al Jazeera.