Teknologi deepfake semakin sering dimanfaatkan untuk melancarkan aksi kejahatan, mulai dari menyamar sebagai selebritas hingga menipu orang demi mendapatkan uang
Ditulis oleh redaksi pada Februari 7, 2024
Teknologi deepfake semakin sering dimanfaatkan untuk melancarkan aksi kejahatan, mulai dari menyamar sebagai selebritas hingga menipu orang demi mendapatkan uang.
Kasus terbaru terjadi di Hong Kong. Seorang karyawan bagian keuangan di sebuah perusahaan multinasional menjadi korban penipuan senilai US$ 25,6 juta atau sekitar Rp 402 miliar (kurs Rp 15.732). Deepfake sendiri dibuat menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) yang dapat menghasilkan gambar serta suara yang terlihat dan terdengar seperti asli.
Dilansir dari Engadget, Selasa (6/2/2024), penipu awalnya menghubungi karyawan tersebut dengan menyamar sebagai kepala keuangan dari perusahaan berbasis di Inggris. Awalnya, karyawan tersebut merasa curiga karena email yang diterimanya meminta transaksi rahasia, tetapi kemudian penipu menggunakan deepfake untuk menjalankan rencananya.
Saat karyawan tersebut melakukan panggilan video dengan CFO palsu dan anggota tim perusahaan yang dikenal, ternyata seluruh orang yang terlibat dalam panggilan tersebut adalah deepfake.
Pada saat panggilan video, deepfake meminta karyawan tersebut untuk memperkenalkan dirinya dan segera memberinya instruksi untuk melakukan 15 transfer senilai US$ 25,6 juta ke lima rekening bank lokal. Mereka menciptakan situasi yang mendesak untuk menyelesaikan tugas tersebut, dan kemudian panggilan tersebut berakhir secara tiba-tiba.
Polisi Hong Kong telah menangkap enam orang terkait dengan kasus penipuan tersebut. Para pelaku juga terlibat dalam pencurian identitas delapan orang dan telah melakukan 54 pendaftaran rekening bank dan 90 permohonan pinjaman pada 2023. Mereka juga menggunakan deepfake untuk mengelabui perangkat lunak pengenalan wajah dalam setidaknya 20 kasus.
Perluasan penggunaan deepfake menjadi salah satu keprihatinan yang semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi kecerdasan buatan. Pada Januari 2024, identitas Taylor Swift dan Presiden Joe Biden termasuk di antara mereka yang dipalsukan dengan deepfake.