Umat Kristen di Kota Yerusalem menggambarkan suasana Natal tahun ini terasa suram. Masyarakat di sana tak menggelar perayaan Natal, tetapi memilih berdoa untuk masyarakat di Gaza
Ditulis oleh redaksi pada Desember 24, 2023
Umat Kristen di Kota Yerusalem menggambarkan suasana Natal tahun ini terasa suram. Masyarakat di sana tak menggelar perayaan Natal, tetapi memilih berdoa untuk masyarakat di Gaza.
Di masa lalu, pada saat bulan Desember, jalan-jalan dan gang-gang batu di kota tua Yerusalem selalu ramai dengan para peziarah dan penduduk setempat. Di sepanjang jalannya terdengar lagu-lagu Natal dipasang dari toko-toko terdekat.
Namun kini sejak terjadinya perang Gaza pada 7 Oktober lalu, Kota Yerusalem berubah menjadi sunyi, pada siang dan malam harinya. Kondisi jalanan sebagian besar kosong.
“Ini bahkan tidak terasa seperti Natal,” keluh Christo, seorang penjaga toko Palestina yang dari dalam toko suvenirnya.
Bahkan pandemi Covid-19 dan kekerasan Intifadah (gerakan perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel) di masa lalu, tidak terlalu mempengaruhi perayaan Natal di Yerusalem. Namun kini, banyak umat Kristen Palestina mengatakan, belum pernah terjadi sebelumnya di Yerusalem, Natal tanpa suasana kegembiraan Natal.
“Pada Intifadah pertama dan kedua, kami mengalami masa-masa sulit. Namun itu berbeda. Karena kami masih memasang pohon Natal. Kami tetap ingin menghadirkan kegembiraan di saat-saat sulit. Namun sekarang Anda melihat anak-anak di Gaza yang tidak punya rumah, kelaparan,” kata Uskup Emeritus Gereja Lutheran Munib Younan (73 tahun).
“Menanam pohon merupakan ekspresi kegembiraan. Namun sekarang adalah saat yang menyedihkan. Jika Anda kehilangan anggota keluarga, menurut adat kami, Anda tidak boleh menanam pohon pada saat itu. Anda memusatkan waktu pada doa,” lanjutnya.
Pada 10 November 2023 lalu, para pemimpin gereja di Yerusalem mengeluarkan deklarasi bersama untuk berdiri tegar menghadapi mereka yang menghadapi penderitaan dan tidak mengadakan kegiatan perayaan yang tidak perlu. Mereka menyerukan untuk berdoa dan berkontribusi kepada para korban perang yang sedang berlangsung.
Selanjutnya, semua kegiatan yang berhubungan dengan Natal di luar ibadah, baik itu pasar Natal tahunan di dekat gerbang baru kota atau pesta dan pertemuan hari Natal, telah dibatalkan. Natal kali ini, sebagian besar keluarga harus puas dengan makan makanan sederhana dan menghadiri Misa.
“Setiap Natal, kami berkumpul sebagai satu keluarga dengan orang tua, anak, dan cucu. Tahun ini, kami tidak ingin melakukan hal ini. Kami merasa seperti kami melakukan sesuatu yang istimewa, karena orang lain menderita,” kata Anton Asfar, sekretaris jenderal Caritas Jerusalem, sebuah organisasi bantuan, pembangunan dan sosial Gereja Katolik.
Gabi Hani warga Palestina mengaku, ia memasang pohon Natal secara pribadi di rumahnya agar anak-anaknya setidaknya memiliki arti Natal bagi mereka. Ketiga anak laki-laki Hani berusia 10, sembilan dan lima tahun.
“Kerusakan psikologis sebenarnya bukan pada saya. Anak-anaklah yang terlalu banyak bertanya, Apakah Hamas buruk? Apakah Israel buruk? Apakah orang Palestina jahat? Anak-anak tidak bersalah, mengapa mereka dibunuh? Roket mana yang lebih kuat?,” kata Gabi Hani.
“Saya mencoba berdiplomasi dengan anak-anak saya untuk tidak mengajarkan kebencian terhadap Israel, terhadap orang-orang Yahudi. Saya mencoba mengatakan kedua belah pihak harus lebih baik,” kata Hani, pemilik Restoran Versavee di dekat Gerbang Jaffa yang sekarang ditutup.
“Sulit untuk mengajari putra saya kenyataan pahit seperti ini pada saat Natal,” keluhnya.
Di sekolah-sekolah Kristen di Yerusalem, hanya ada sedikit tanda-tanda bahwa bulan ini telah memasuki Natal.
Di sekolah College des Freres di New Gate, Kepala Sekolah Daoud Kassabry mengatakan, tidak ada pohon Natal di ruang kelas atau dekorasi di kantor mereka seperti biasanya. Satu-satunya tanda Natal adalah Kandang Natal yang mereka pasang di depan gereja. “Anak-anak berusia lima, enam tahun mereka bertanya kepada kami di mana hadiah Natal kami, karena kami tidak memiliki hadiah untuk mereka tahun ini,” kata Kassabry.