Terputar

Title

Artist


Pisang cavendish punya cerita panjang, bahkan menorehkan sejarah kelam, yakni pembantaian pekerja kebun pisang

Ditulis oleh pada Desember 18, 2023

Pisang cavendish punya cerita panjang, bahkan menorehkan sejarah kelam, yakni pembantaian pekerja kebun pisang.

Salah satu jenis pisang yang populer saat ini adalah pisang cavendish alias pisang ambon putih.

Pisang merupakan salah satu buah yang paling sering ditemukan dalam keseharian masyarakat kita.

Rasanya yang manis dan kuat namun lembut, membuatnya menjadi bahan utama dalam banyak makanan, termasuk untuk bayi.

Ekspor Pisang Terbesar

Pisang juga adalah salah satu komoditas unggulan Indonesia. Negeri ini telah mengekspor pisang senilai US$ 8,7 juta atau sekitar Rp 130,5 miliar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi pisang Indonesia mencapai 9,2 juta ton pada 2022.

Sebanyak 2,4 juta ton dikonsumsi oleh rumah tangga dan bidang usaha.

Pisang cavendish. - (Istimewa/Istimewa)
Pisang cavendish. – (Istimewa/Istimewa)

Seperti diketahui, pisang memiliki jenis yang beragam. Cavendish alias pisang ambon putih adalah salah satunya.

Pisang jenis ini menguasai 32% dari ekspor pisang nasional Indonesia.

Sejarah Kelam Pisang Cavendish

Nama cavendish atau pisang ambon putih cukup populer. Selain umum dikonsumsi masyarakat, cavendish juga dibudidayakan dan kemudian menjadi komoditas ekspor.

Padahal pisang cavendish bukanlah pisang asli Indonesia.

Pisang cavendish berasal dari benua Amerika, tepatnya Brasil. Ia masuk ke Indonesia pada 1990.

Mengilas balik sejarah pisang cavendish, kita tidak bisa lepas dari nama besar perusahaan pisang pertama di dunia, Boston Fruit.

Perusahaan budidaya dan impor buah ini berkantor pusat di Boston, Massachusetts, Amerika.

Berdiri pada 1885, Boston Fruit akhirnya bergabung dengan perusahaan buah lainnya dan membentuk perusahaan baru yang disebut The United Fruit Company pada 1899.

Perusahaan inilah yang kemudian terkenal gara-gara catatan kelam berupa kekejaman pada Desember 1928.

Orang menyebut lembar hitam itu sebagai “The Banana Massacre”, yakni pembantaian pekerja United Fruit Company yang disebabkan oleh protes para buruh  atas kondisi kerja yang tidak layak.

Para buruh di kebun-kebun Kolombia ini bekerja tanpa upah yang layak. Bahkan ada yang tidak diberi upah sama sekali.

Mereka tidak mendapatkan kompensasi atas kecelakaan di tempat kerja, dan juga tidak mendapatkan tempat tinggal yang layak.

Muak dengan perlakuan perusahaan, para pekerja melakukan protes. Protes mereka dipimpin oleh lima orang, salah satunya adalah Pedro M del Rio.

Pemimpin pemogokan pekerja perkebunan pisang yang berakhir dengan pembantaian para pekerja oleh tentara yang dikenal dengan tragedi The Banana Massacre, 1928. Dari kiri ke kanan: Pedro M del Río, Bernardino Guerrero, Raúl Eduardo Mahecha, Nicanor Serrano dan Erasmo Coronell. Guerrero dan Coronell terbunuh dalam pembantaian tersebut. - (Wikipedia/Wikipedia)
Pemimpin pemogokan pekerja perkebunan pisang yang berakhir dengan pembantaian para pekerja oleh tentara yang dikenal dengan tragedi “The Banana Massacre”, 1928. Dari kiri ke kanan: Pedro M del Río, Bernardino Guerrero, Raúl Eduardo Mahecha, Nicanor Serrano dan Erasmo Coronell. Guerrero dan Coronell terbunuh dalam pembantaian tersebut. – (Wikipedia/Wikipedia)

Pemogokan dimulai pada 12 November 1928, ketika para buruh berhenti bekerja sampai perusahaan mencapai kesepakatan dengan mereka untuk memberikan mereka kondisi kerja yang bermartabat.

Melihat tindakan para pekerjanya, The United Fruit Company mengirimkan beberapa perwakilannya beserta dengan pejabat Amerika Serikat untuk mengancam akan menginvasi Kolombia dengan angkatan laut Amerika Serikat apabila Kolombia tidak menuruti keinginan dan kepentingan United Fruit Company.

Pemerintahan konservatif Miguel Abadia Mendez akhirnya mengirimkan tentara Kolombia untuk melawan para pemogok hingga berujung penembakan para pekerja beserta keluarga mereka pada tanggal 5 dan 6 Desember 1928 di kota Cienaga dekat Santa Marta, Kolombia.

Jumlah korban dari kejadian ini masih menjadi perdebatan. Jenderal Cortes Vargas yang memimpin pasukan ketika itu disebut bertanggung jawab atas 47 korban jiwa.

Herrera Soto, salah satu penulis studi komprehensif mengenai pemogokan 1928 ini, menyebut korban bisa sampai 2.000-an.

Sedangkan anggota Kongres masa itu, Jorge Eliecer Gaitan, menyebut para pemogok yang terbunuh dibuang ke laut.

Pemerintah Kolombia terpaksa bekerja demi kepentingan United Fruit Company dan justru menembaki rakyatnya demi kepentingan ekonomi.

Karena apabila tidak menuruti perusahaan asing sama artinya memutus perdagangan pisang Kolombia ke pasar besar seperti Amerika Serikat dan Eropa.

Meski nama United Fruit Company telah berubah menjadi Chiquita Brands International pada 1990, tindakan keji mereka masih berlanjut.

Pada 2007, Chiquita mengakui bahwa mereka memberikan uang sejumlah US$ 1,7 juta kepada suatu organisasi militer yang melakukan banyak pembantaian di Kolombia.

Organisasi tersebut dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, dan Chiquita akhirnya dipaksa untuk membayar US$ 25 juta karena telah melanggar hukum anti-terorisme domestik Amerika.

Chiquita mempekerjakan organisasi ini untuk menyingkirkan hal yang mengganggu agenda mereka, seperti pemimpin buruh, pemilik tanah, bahkan pekerja yang kurang efisien.

Alasan mengapa perusahaan-perusahaan ini sangat kompetitif, bahkan masuk ke ranah ilegal, adalah karena hanya ada satu jenis pisang yang dibudidayakan pada saat itu, yakni pisang cavendish.

Pisang cavendish awalnya dibuat dengan cara rekayasa genetik melalui kloning selektif, secara spesifik menggunakan kultur jaringan.

Pembudidaya, dalam hal ini pihak perusahaan, memilih pohon pisang yang dinilai memiliki ciri-ciri yang baik lalu mengkloningnya agar hasilnya konsisten.

Proses kloning ini dilakukan dengan cara memotong bagian dari pohon pisang yang diinginkan lalu menanamnya.

Hasil dari proses ini adalah sebuah pohon pisang yang nyaris 100% identik dengan pohon pisang asalnya.

Hanya adanya satu jenis pisang yang dibudidayakan memang membawa keuntungan, yakni hasil baik dan seragam.

Di sisi lain terdapat juga beberapa kerugian.

Pertama, karena pisang cavendish telah direkayasa sehingga tidak memiliki biji. Pisang ini tidak dapat bereproduksi secara alami.

Hal ini berarti, suatu saat nanti ketika tidak ada campur tangan manusia maka pisang cavendish akan punah.

Kedua, karena reproduksi pisang ini melalui kloning maka variasi genetik pada semua pohon pisang cavendish sangatlah sedikit dan kecil.

Hal ini menyebabkan adanya banyak kelemahan dalam hal resistensi terhadap penyakit dan hama. Kelemahan ini terlihat jelas oleh lemahnya pisang cavendish terhadap sebuah penyakit yang disebut panama disease atau layu panama.

Penyakit layu panama yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum cubense ini dianggap sebagai penyakit pisang yang paling merusak di zaman modern.

Sebelum pisang cavendish, ada jenis pisang yang disebut sebagai pisang gros michel, atau big mike, atau pisang mike besar.

Sebelum pisang cavendish menjadi bintang utama dalam pasar pisang, jenis gros michel merupakan jenis utama yang dibudidayakan.

Sama dengan pisang cavendish, pisang gros michel juga dibudidayakan menggunakan kloning sehingga rendah resistensinya terhadap penyakit.

Layu panama akhirnya menghancurkan banyak lahan penanaman pisang gros michel.

Ilustrasi foto pisang dipotong. - (Freepik/Freepik)
Ilustrasi foto pisang 

Pada awalnya, pisang cavendish tidak terpengaruh oleh layu panama. Namun, di kemudian hari muncul sebuah jenis baru dari penyakit ini yang dapat menyerang pisang cavendish.

Melihat hal ini, para peneliti kemudian berusaha menciptakan pisang cavendish yang tahan terhadap serangan layu panama.