Terputar

Title

Artist


Di tengah pelemahan ekonomi global, ekonomi Indonesia pada 2023 diproyeksikan tumbuh 5%. Proyeksi ini masih lebih baik dibandingkan negara-negara ASEAN dan G20

Ditulis oleh pada November 25, 2023

Di tengah pelemahan ekonomi global, ekonomi Indonesia pada 2023 diproyeksikan tumbuh 5%. Proyeksi ini masih lebih baik dibandingkan negara-negara ASEAN dan G20.

Posisi teratas ditempati India yang diproyeksikan tumbuh 6,3%, disusul Filipina 5,3%, Indonesia 5,0%, Tiongkok 5,0%, Turki 4,0%, Malaysia 4,0%, Mexico 3,2%, Brazil 3,1% dan Thailand 2,7%.

Kemudian Spanyol 2,5%, Rusia 2,2%, Amerika Serikat 2,1%, Jepang 2,0%, Australia 1,8%, Korea 1,4%, Kanada 1,3%, Perancis 1,0%, Afrika Selatan 0,9%, Saudi Arabia 0,8% dan Italia 0,7%. Sementara itu wilayah Euro 0,7%, Inggris 0,5%, Jerman -0,5% dan Argentina -2,5%.

“Indonesia diperkirakan masih bisa tumbuh 5,0%, ini termasuk yang tertinggi dibandingkan negara-negara lain di ASEAN maupun di G20,” beber Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA edisi November 2023 secara daring, Jumat (24/11/2023).

Sri Mulyani menyampaikan, dari faktor nonekonomi, tensi geopolitik dan perubahan iklim (climate change) menjadi faktor yang mewarnai pelemahan ekonomi di berbagai belahan dunia.

“Geopolitik sekarang ini menjadi dominan. Tidak hanya perang di Ukraina, tetapi juga di Timur Tengah yang berpotensi menimbulkan distrupsi maupun dampak yang lain,” kata Sri Mulyani.

Pada 2024, ekonomi global diproyeksikan hanya tumbuh 2,9%. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan outlook tahun ini yang diperkirakan sebesar 3,0%. Secara global, perekonomian dunia masih diliputi berbagai kejadian yang mempengaruhi dinamika. Selama September-Oktober, volatilitas sektor keuangan terutama dari negara-negara maju masih sangat tinggi, salah satunya kenaikan yield US Treasury 10 tahun di atas 5%.

“Kenaikan US Treasury tenor 10 tahun ini adalah pertama kalinya sejak 2007 dan ini yang menyebabkan terjadinya capital outflow di beberapa negara,” ungkap Sri Mulyani.

Di sisi lain, Tiongkok juga masih menunjukkan pelemahan karena menyangkut faktor struktural, antara lain penurunan penduduk usia produktif,, masalah sektor properti dan pinjaman pemerintah daerah yang menyebabkan beban yang cukup tinggi, sehingga pemulihan ekonomi Tiongkok tidak berjalan seperti yang diharapkan.  Sedangkan Eropa masih di dalam situasi yang terdampak perang Rusia-Ukraina maupun inflasi yang tinggi ditambah kenaikan suku bunga yang tinggi.