Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa penguatan dolar Amerika Serikat (AS) telah menyebabkan pelemahan mata uang banyak negara, termasuk rupiah
Ditulis oleh redaksi pada Oktober 20, 2023
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa penguatan dolar Amerika Serikat (AS) telah menyebabkan pelemahan mata uang banyak negara, termasuk rupiah. Namun, depresiasi rupiah tidak sebesar mata uang negara lain.
Dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur bulanan pada Kamis (19/10/2023), Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa dolar AS sangat kuat, sehingga menyebabkan sejumlah mata uang dunia melemah, seperti yen Jepang, dolar Australia, dan euro yang masing-masing mengalami depresiasi sebesar 12,44%, 6,61%, dan 1,40% (year to date/ytd).
“Mata uang kawasan, seperti ringgit Malaysia, baht Thailand, dan peso Filipina juga mengalami depresiasi masing-masing sebesar 7,23%, 4,64%, dan 1,73% (ytd),” kata dia.
Pada 18 Oktober 2023, indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) mencapai level tinggi 106,21 atau menguat sebesar 2,60% (ytd).
Meskipun demikian, dengan tindakan stabilisasi yang diambil oleh BI, nilai tukar rupiah hanya terdepresiasi sebesar 1,03% (ytd), yang relatif lebih baik dibandingkan dengan pelemahan mata uang di kawasan dan global.
Dia mengatakan BI juga terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya, sebagai upaya untuk mengendalikan imported inflation.
BI juga meningkatkan upaya pendalaman pasar uang rupiah dan pasar valuta asing, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan penerbitan instrumen lainnya.
“Koordinasi antara BI, pemerintah, perbankan, dan dunia usaha juga terus ditingkatkan dan diperluas, terutama dalam implementasi instrumen penempatan valas devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA) sesuai dengan PP Nomor 36 Tahun 2023,” kata dia.