Terputar

Title

Artist


 Siklus air di dunia saat ini sedang mengalami ketidakseimbangan yang signifikan

Ditulis oleh pada Oktober 18, 2023

Siklus air di dunia saat ini sedang mengalami ketidakseimbangan yang signifikan, sehingga memberikan dampak yang mengkhawatirkan terhadap persediaan sumber daya air dunia.

Menurut laporan State of Global Water Resources tentang pola air dunia pada 2022, kondisi siklus air menjadi tidak menentu sebagai akibat adanya perubahan iklim dan aktivitas manusia.

Ditambah dengan adanya beberapa faktor, seperti kekeringan, hujan lebat, mencairnya salju, dan gletser yang semuanya berdampak pada persediaan air dunia untuk jangka panjang. Lantas, apa dampaknya bagi kehidupan manusia?

Kesulitan Mendapatkan Air Bersih
Siklus air yang tidak seimbang ini akan menjadi permasalahan cukup serius jika tidak segera ditangani. Pasalnya, air merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), saat ini, terdapat 3,6 miliar orang yang kekurangan akses air. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat menjadi lebih dari 5 miliar pada 2050.

“Lebih hangatnya atmosfer menahan lebih banyak kelembaban sehingga menyebabkan curah hujan tinggi dan berdampak pada banjir. Selain itu faktor lebih banyak penguapan, kekeringan, dan tanah kering yang menjadikan kondisi itu lebih parah,” ungkap Sekjen Organisasi Meteorologi Dunia (World meteorological organization/WMO), Petteri Taalas.

Berkurangnya Sumber Air Global
Laporan terbaru WMO, lebih dari 50% daerah tangkapan air dan waduk global menunjukkan kondisi yang tidak biasa, sebagian besar lebih kering dari biasanya.

Terdapat anomali kelembapan tanah dan evapotranspirasi (perpindahan air tanah ke atmosfer, baik melalui evaporasi mau pun melalui tumbuhan) yang tercatat sepanjang 2022.

Misalnya, Eropa mengalami peningkatan evapotranspirasi dan penurunan kelembapan tanah selama musim panas. Selain itu, kekeringan di benua ini menimbulkan tantangan bagi sungai-sungai seperti Danube dan Rhine, bahkan mengganggu produksi listrik nuklir di Perancis karena kurangnya air.

Kekeringan parah juga berdampak pada wilayah yang luas termasuk Amerika Serikat, Tanduk Afrika, Timur Tengah dan Cekungan La Plata di Amerika Selatan.

Di Asia, daerah aliran sungai Yangtze di Tiongkok mengalami kekeringan parah, sedangkan daerah aliran sungai Indus di Pakistan mengalami banjir yang ekstrim. Bencana ini mengakibatkan sedikitnya 1.700 korban jiwa, dengan 33 juta orang terkena dampaknya dan hampir delapan juta orang mengungsi.

Ancaman Jangka Panjang terhadap Pasokan Air
Ketidakseimbangan ini juga mengancam pasokan air jangka panjang. Gletser di Pegunungan Alpen, Swiss, sedang mencair, mengakibatkan ancaman banjir dan pasokan air jangka panjang bagi jutaan orang.

“Sayangnya, kita kalah dalam permainan pencairan gletser ini. Pencairan gletser dan kenaikan permukaan laut mungkin akan terus berlanjut selama ribuan tahun mendatang karena tingginya konsentrasi karbon dioksida. Secara umum, kita akan menghadapi tantangan dalam mendapatkan air untuk pertanian, manusia, industri, dan juga untuk produksi pembangkit listrik tenaga air,” ungkap Taalas.

Dampak pada Ketersediaan Pangan
WMO menekankan, 70% dari penggunaan air dunia digunakan untuk produksi pangan. Keterbatasan air akan sangat memengaruhi ketahanan pangan di masa depan.

Para peneliti meyakini peralihan kondisi La Nina ke El Nino pada 2023, akan memberikan pengaruh signifikan terhadap siklus air global.

Untuk membantu masyarakat mengatasi meningkatnya kondisi perairan ekstrim, baik terlalu banyak atau terlalu sedikit, WMO mendesak peningkatan pemantauan dan pembagian data lintas batas, serta peningkatan investasi untuk mendukung kolaborasi internasional.