Rencana merger antara Garuda Indonesia dan anak usahanya, Citilink, dengan Pelita Air tengah menjadi perbincangan hangat. Bursa Efek Indonesia
Ditulis oleh redaksi pada Agustus 27, 2023
Rencana merger antara Garuda Indonesia dan anak usahanya, Citilink, dengan Pelita Air tengah menjadi perbincangan hangat. Bursa Efek Indonesia (BEI) telah meminta konfirmasi dari PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) untuk memastikan kebenaran kabar tersebut.
Irfan Setiaputra, Direktur Utama Garuda Indonesia, menjelaskan bahwa diskusi mengenai rencana aksi korporasi ini masih berlangsung intensif. Dia juga menegaskan bahwa Garuda Indonesia Group akan mendukung dan melihat positif wacana merger ini, yang akan didasarkan pada analisis bisnis yang cermat.
“Oleh karenanya, Garuda Indonesia Group tentunya akan mendukung dan memandang positif upaya wacana merger tersebut yang tentunya akan dilandasi dengan kajian outlook bisnis yang prudent,” papar Irfan dalam keterbukaan informasi pada Jumat (25/8/2023).
Meskipun begitu, mengenai rencana pengembangan lebih lanjut, Garuda Indonesia masih dalam tahap eksplorasi mendalam terhadap berbagai peluang sinergi bisnis yang dapat dihadirkan. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan profitabilitas kinerja dan memperkuat ekosistem industri transportasi udara di Indonesia, guna memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat.
Irfan melanjutkan bahwa ini juga menjadi sinyal positif bagi penguatan fundamental kinerja perusahaan, terutama setelah proses restrukturisasi yang terus diperkuat melalui transformasi kinerja yang dilakukan bersama dengan pelaku industri penerbangan di Indonesia.
“Oleh karenanya, mengenai proyeksi dari proses merger ini tentunya akan terus kami sampaikan secara berkelanjutan sekiranya terdapat tindak lanjut penjajakan yang lebih spesifik atas realisasi rencana strategis tersebut,” tambah Irfan.
Di sisi lain, PT Pelita Air Services (PAS) atau Pelita Air adalah anak usaha dari PT Pertamina. Laporan tahunan Pertamina tahun 2022 menyebutkan bahwa Pelita Air Services didirikan pada 24 Januari 1970. Pemegang sahamnya adalah Pertamina dengan 99,99686% dan PT Patra Jasa (juga anak usaha Pertamina) dengan 0,00314%.
Dalam laporan tahunan Pelita Air Services tahun 2021 dijelaskan bahwa sejak 1963, Pertamina telah membentuk divisi pelayanan transportasi udara bernama Pertamina Air Service. Divisi ini didirikan untuk mendukung kegiatan perminyakan nasional.
Pada tahun 1970, Pertamina Air Service berubah menjadi PT Pelita Air Service (PT PAS), yang merupakan anak perusahaan Pertamina yang beroperasi secara mandiri.
Pada tahun 2000, Pelita Air Services mengembangkan bisnisnya, tidak hanya melayani operasi penerbangan dalam industri minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia melalui pola sewa/carter sebagai bisnis utama, tetapi juga merambah ke bisnis penerbangan reguler.
Namun, pada tahun 2005, perusahaan ini menutup bisnis penerbangan reguler dan kembali fokus pada bisnis layanan carter pesawat udara. Ini karena bisnis penerbangan reguler tidak sebaik bisnis penerbangan carter.
Pada tahun 2022, Pelita Air Service resmi memulai penerbangan terjadwal (regular flight) dengan pesawat komersil. Ini ditandai dengan kegiatan inaugural flight ceremony di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Selain itu, PT Pelita Air Service (PAS/Pelita Air) telah menambah armada pesawat Airbus A320 baru langsung dari Spanyol. Armada ini merupakan yang ketujuh bagi maskapai ini, dan merupakan bagian dari rencana perusahaan untuk memiliki 18 armada pesawat baru hingga akhir tahun 2023.
Pelita Air fokus pada layanan medium, sementara Garuda Indonesia sebelumnya menerapkan full service, dan Citilink beroperasi sebagai maskapai penerbangan berbiaya rendah (low-cost carrier/LCC).