Terputar

Title

Artist


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pembangunan infrastruktur di ASEAN membutuhkan biaya US$ 280 miliar

Ditulis oleh pada Agustus 26, 2023

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan,  pembangunan infrastruktur di ASEAN membutuhkan biaya US$ 280 miliar setiap tahun. Dari jumlah tersebut, terdapat gap atau celah pembiayaan sebesar US$ 19 miliar.

Hal ini menjadi salah satu pembahasan dalam pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank Sentral ASEAN atau pertemuan 10th ASEAN Finance Minister and Central Governor Meeting (AFMGM) 2023, di Hotel Mulia, Jakarta, Jumat (25/8/2023).

Sri Mulyani menjelaskan, taksonomi ASEAN harus diselaraskan dengan pembiayaan infrastruktur untuk keuangan berkelanjutan. Langkah ini dilakukan untuk mempromosikan infrastruktur berkelanjutan di kawasan ASEAN

“Pembahasan difokuskan pada bagaimana kita bisa menarik capital dari luar. Salah satunya yang dianggap powerful adalah membangun  taksonomi ASEAN,” jelasnya.

Sri Mulyani mengungkapkan, nantinya ASEAN akan memperkuat proses bisnis dana infrastruktur ASEAN, dan melakukan kajian lebih lanjut mengenai kontribusi rekapitalisasi infrastruktur, serta optimalisasi kontribusi dana infrastruktur.

Taksonomi ASEAN merupakan taksonomi pertama di dunia yang mengklasifikasikan transisi energi ke dalam klasifikasi hijau baru. Taksonomi menjadi instrumen penting untuk menarik investasi swasta guna mendukung transisi di kawasan.

“Oleh karena itu, menteri keuangan dan gubernur bank sentral ASEAN menggarisbawahi pentingnya kesesuaian taksonomi ASEAN dengan taksonomi internasional lainnya,” tutur Sri Mulyani.

Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, taksonomi ASEAN berfungsi sebagai contoh transisi yang baik, kredibel, dan dapat diterapkan antarwilayah dan negara.

Dalam taksonomi ini, telah diperkenalkan penghentian penggunaan batu bara secara bertahap sebagai kegiatan yang akan diklasifikasikan sebagai golongan hijau atau kuning, tergantung pada kualifikasi proyek.

“Indonesia terus meningkatkan kerja sama internasional untuk mengadvokasi aksi iklim dan memobilisasi pendanaan sektor swasta dan publik untuk aksi iklim,” kata Febrio.

Dalam Asean Taxonomy for Sustainable Finance Version 2 tercatat bahwa taksonomi Asean telah dikembangkan secara paralel dengan taksonomi lain di negara lain, namun tidak terbatas pada taksonomi yang telah dikembangkan oleh Uni Eropa, Australia, Kanada, dan Afrika Selatan.


Pendapat pembaca

Tinggalkan balasan