PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) telah menyerap Rp 640 miliar anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) pada semester I 2023
Ditulis oleh redaksi pada Agustus 18, 2023
PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) telah menyerap Rp 640 miliar anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) pada semester I 2023, setara 5,3% dari belanja modal tahun ini yang sebesar Rp 1,2 triliun.
Direktur Keuangan Medikaloka Hermina Aristo Sungkono Setiawidjaja mengatakan, belanja modal tersebut, salah satunya digunakan merampungkan pembangunan rumah sakit (rumah sakit) Hermina yang baru di Ciawi dan Aceh.
“Basically gedungnya sudah, sekarang proses konstruksi, jadi belanja modal itu sudah dikeluarkan. Masih ada yang akan dikeluarkan sampai rumah sakit beroperasi,” jelas Aristo di Hermina Tower, Jakarta Pusat, Kamis (17/8/2023).
Aristo menjelaskan, selain untuk rumah sakit baru di Aceh dan Ciawi, manajemen merincikan belanja modal sepanjang paruh pertama tahun ini sudah dipakai untuk menyiapkan lahan rumah sakit di Ibu Kota Nusantara (IKN). Pembangunan rumah sakit tahap pertama berkapasitas 100 tempat tidur itu, ditargetkan bisa beroperasi pada 2024.
Manajemen Medikaloka Hermina optimistis rumah sakit baru di Aceh dan Ciawi yang ditargetkan mulai beroperasi semester II-2023, akan mampu mendongkrak pendapatan perseroan untuk mencapai target Rp 5,7 triliun. Hingga 30 Juni 2023, realisasi pendapatan pengelola rumah sakit Hermina ini, baru setara 47% dari target yang ditetapkan.
Aristo menilai, landainya aktivitas bisnis di rumah sakit pada kuartal kedua merupakan hal lumrah. Sebab, ada momen Ramadan yang umumnya membuat pasien tidak berkenan dirawat di rumah sakit. Dia optimistis, target pendapatan sampai Desember 2023 akan tercapai 100%.
“Bisa bisa. Semester satu kan selalu lebih slow karena orang enggak mau ada di rumah sakit waktu lebaran. Ini siklus selalu begitu setiap tahun,” imbuhnya.
Perseroan berencana memperbesar porsi bisnis layanan kesehatan non-ibu dan anak hingga menjadi 65%. Sedangkan saat ini, pendapatan perseroan dari layanan kesehatan non-ibu dan anak masih di kisaran 55%, dengan bisnis kesehatan ibu dan anak 45%.
Aristo menuturkan, pangsa pasar layanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia saat ini masih besar karena demografi yang masih didominasi usia muda dan produktif.
Setidaknya 10 tahun mendatang, pangsa pasar layanan kesehatan non-ibu dan anak, seperti spesialisasi kanker, jantung, saraf, pencernaan, dan tulang akan meningkat. Sehingga porsi bisnis layanan kesehatan ibu dan anak bisa mengecil sampai 35%.
“Saya rasa dalam 10 tahun mendatang, kontribusi layanan kesehatan ibu dan anak terhadap pendapatan perseroan paling rendah 35%,” pungkasnya.