Sang Pencerah merupakan film biopik bertema drama religi yang dirilis pada tahun 2010
Ditulis oleh redaksi pada Agustus 17, 2023
Sang Pencerah merupakan film biopik bertema drama religi yang dirilis pada tahun 2010. Film ini akan tayang Kamis (17/8/2023) pukul 20.00 WIB hanya di BTV, sebagai bagian dari perayaan hari ulang tahun ke-78 kemerdekaan.
Disutradarai oleh Hanung Bramantyo, Sang Pencerah didasarkan pada kisah nyata mengenai pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. Pemeran utama dalam film ini adalah Lukman Sardi, yang memerankan peran Ahmad Dahlan, sementara Muhammad Ihsan Tarore berperan sebagai versi muda dari Ahmad Dahlan. Zaskia Adya Mecca berperan sebagai Nyai Ahmad Dahlan.
Film inspiratif ini mengisahkan sejarah Muhammadiyah, organisasi Islam di Indonesia yang selalu menjunjung tinggi ajaran Al-Qur’an dan hadis. Hal ini menegaskan peran Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia.
Melalui film ini, sejarah dijadikan pelajaran yang relevan dalam konteks zaman sekarang, terutama dalam mengedepankan nilai-nilai seperti toleransi, kolaborasi antara berbagai keyakinan, dampak negatif kekerasan dengan dalih agama, dan urgensi semangat perubahan yang belum sepenuhnya diakui.
Sang Pencerah menggambarkan dengan jelas sosok pahlawan nasional Ahmad Dahlan yang jarang terungkap publik. Selain merintis pendirian organisasi Islam Muhammadiyah, Ahmad Dahlan juga dikenal sebagai pembaru Islam di Indonesa dengan mengenalkan versi Islam yang lebih modern, inklusif, dan rasional.
Kisah inspiratif ini juga diangkat dalam bentuk novel yang ditulis oleh Akmal Nasery Basral, berdasarkan plot dan skenario yang dibuat oleh sutradara Hanung Bramantyo. Dengan demikian, film ini bukan hanya sekadar sebuah tontonan, tetapi juga sebuah karya yang mendalam dan bermakna, menghadirkan kisah berharga dari masa lalu yang tetap relevan untuk dipelajari.
Proyek film Sang Pencerah menghabiskan dana sebesar Rp 12 miliar untuk memastikan produksi yang akurat dari peristiwa sejarah. Sebagian besar biaya tersebut dialokasikan untuk pembuatan kostum yang sejalan dengan budaya yang berkembang pada waktu yang digambarkan dalam film. Dalam rangka mendukung nuansa era 1900-an, khususnya, kain jarik dan batik dirancang secara eksklusif guna memenuhi kebutuhan syuting.
Lokasi syuting film ini berlangsung di Yogyakarta, tetapi adegan yang diambil di Kebun Raya Bogor diciptakan agar mencerminkan suasana dan tampilan zaman yang tepat. Tujuannya adalah memberikan eksterior yang memikat dan sesuai dengan periode waktu yang diangkat dalam cerita film.