Prof Agus Dwi Susanto mengungkapkan bahwa peningkatan partikel polusi udara tidak hanya berdampak pada masalah pernapasan dan infeksi saluran pernapasan akut
Ditulis oleh redaksi pada Agustus 9, 2023
Prof Agus Dwi Susanto mengungkapkan bahwa peningkatan partikel polusi udara tidak hanya berdampak pada masalah pernapasan dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), namun juga memiliki dampak lain terhadap tubuh manusia.
“Salah satu dampak yang diungkapkan adalah peningkatan risiko serangan jantung sebesar 4,5%, selain juga berkontribusi pada penyakit paru-paru,” kata dia Selasa (8/8/2023).
Prof Agus juga menjelaskan bahwa setiap kenaikan 10 mikrogram partikel polusi udara akan meningkatkan mortalitas dan serangan jantung sebanyak 4,5%. Namun, masalah kardiovaskular atau jantung ini muncul setelah masalah pernapasan akibat paparan polusi udara.
“Polutan dapat masuk ke alveoli dan mengalir ke dalam pembuluh darah, menyebabkan peradangan sistemik pada jantung. Ini berdampak pada gangguan pada sistem vaskuler, yang berhubungan dengan risiko hipertensi, disfungsi endothel, dan penyakit jantung,” sambungnya.
Selain serangan jantung, Prof Agus menyebutkan bahwa polusi udara juga memberikan dampak yang tujuh kali lebih besar terhadap risiko stroke secara umum. Ia menjelaskan bahwa hampir 47% penyakit berasal dari paparan polusi udara.
Namun, dampak ini seringkali diabaikan oleh banyak orang. Prof Agus mengingatkan bahwa hampir setengah dari total penyakit yang terjadi berkaitan dengan polusi udara, dan oleh karena itu, perlu mendapat perhatian lebih serius.
Lebih lanjut, Prof Agus, yang juga anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), menjelaskan bahwa polusi udara juga mempengaruhi pertumbuhan kognitif anak-anak dari usia dua tahun hingga usia sekolah.
“Polusi udara dapat menembus ke otak dan menyebabkan peradangan yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak-anak. Lebih dari 2 miliar anak di seluruh dunia diperkirakan terdampak oleh polusi udara, yang memengaruhi perkembangan kognitif mereka.”
Hasil riset menunjukkan bahwa peningkatan polusi udara terkait dengan penurunan tingkat intelegensi dan prestasi akademik pada anak-anak di bawah dua tahun dan usia sekolah.
Polusi udara juga dapat menyebabkan anak-anak lahir dengan kondisi stunting, terutama di daerah yang memiliki tingkat polusi udara tinggi. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada sistem sirkulasi yang membawa oksigen ke otak. Kurangnya pasokan oksigen ke otak mengakibatkan pertumbuhan yang terhambat pada anak-anak.
Prof Agus menyatakan bahwa semua lapisan masyarakat memiliki peran aktif dalam mengurangi polusi udara. Langkah-langkah seperti beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, menghindari membakar sampah sembarangan, mengurangi aktivitas luar ruangan di daerah dengan polusi tinggi, serta menggunakan masker N95 atau masker bedah untuk melindungi pernapasan, adalah langkah-langkah penting.
Selain itu, menjalani gaya hidup bersih dan sehat, istirahat cukup, mengonsumsi makanan bergizi, dan tidak merokok juga disarankan oleh Prof Agus. Jika mengalami gejala akibat polusi udara, deteksi dini dan kunjungan ke rumah sakit jika kondisi memburuk adalah tindakan yang disarankan.