Terputar

Title

Artist


Ini Perbedaan GERD dan Gagal Jantung

Ditulis oleh pada Agustus 1, 2023

Dokter Siti Elkana Nauli, mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dalam membedakan antara penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) dan gagal jantung, karena keduanya memiliki gejala yang mirip.

Dokter yang juga Ketua Pokja Gagal Jantung Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) ini menjelaskan bahwa seringkali pasien dengan gejala seperti sesak napas, cepat kenyang, atau merasa begah didiagnosis menderita GERD dan tidak dirujuk untuk pemeriksaan ke dokter jantung.

BACA JUGA

Daewoong Luncurkan Obat GERD dengan API Fexuprazan
“Kami seringkali menemui pasien yang didiagnosis menderita masalah lambung, tetapi ketika diberikan obat lambung, kondisinya tidak membaik. Namun, setelah diperiksa dengan rontgen, ternyata jantungnya membesar, dan setelah diberikan obat gagal jantung, kondisinya membaik,” ujarnya Minggu (30/7/2023).

Advertisement
Ditegaskan lebih lanjut bahwa semua keluhan tersebut tidak selalu berarti hanya satu jenis diagnosa saja. Ia menjelaskan bahwa perbedaan utama adalah bahwa umumnya pasien dengan GERD akan merasakan sensasi panas di dada, tetapi bukan sesak seperti gejala pada gagal jantung. Namun, beberapa penderita GERD yang lebih parah juga dapat merasakan sesak.

Menurut dr Nauli, pemeriksaan mandiri tahap awal juga dapat dilakukan untuk membedakan kedua kondisi ini dengan menekan area perut yang berada sedikit di sisi kiri, di mana lambung biasanya berada.

“Jika itu GERD, ketika ditekan akan terasa tidak nyaman atau nyeri, tetapi jika itu gagal jantung, maka tidak akan ada keluhan nyeri atau perih. Namun, kita akan merasakan kekakuan, cukup keras, tetapi pasien tidak mengeluhkan rasa sakit atau perih,” jelasnya.

Meskipun gejalanya terlihat mirip, sebenarnya perbedaan antara kedua penyakit ini sangat jelas. Gejala gagal jantung biasanya muncul pada malam hari menjelang pagi, sementara gejala GERD bisa terjadi pada waktu yang tidak bisa diprediksi.

“GERD biasanya dipicu oleh hal tertentu seperti peningkatan stres, kondisi lambung yang tidak stabil, atau pola makan yang tidak stabil, sehingga memang ada faktor pencetus tertentu yang terkait dengan makanan atau tingkat kecemasan seseorang,” tambah dia.

Sebelumnya, dalam kongres Asian Pacific Society of Cardiology (APSC) 2023 pada pertengahan Juli lalu, dokter Nauli menyebut bahwa orang dengan gejala gagal jantung akan mudah lelah, sering pingsan, dada berdebar, mengalami pembengkakan pada perut dan kaki, bahkan area wajah. Gejala ini muncul akibat penumpukan cairan di jantung.

Lebih lanjut, dia juga menyebutkan bahwa penyakit jantung seringkali diabaikan dan dianggap sebagai hal yang biasa seiring dengan bertambahnya usia. Padahal, harapan hidup bagi pasien yang didiagnosis dengan gagal jantung bahkan lebih pendek daripada penderita kanker. Oleh karena itu, dokter Nauli pun menekankan pentingnya kesadaran tentang penyakit gagal jantung dan penanganannya sejak dini.

“Umumnya, pasien dengan gagal jantung hanya memiliki kemungkinan hidup 50% dalam lima tahun, sementara pasien kanker bisa hidup hingga 10 tahun, tetapi jarang sekali pasien dengan gagal jantung bisa bertahan lebih dari lima tahun,” ujarnya.

Seperti namanya, gagal jantung adalah spektrum penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Gagal jantung menyebabkan kebutuhan sel-sel dan organ tubuh lainnya tidak terpenuhi, yang pada akhirnya bisa berujung pada kematian.

 


Pendapat pembaca

Tinggalkan balasan