Terputar

Title

Artist


 Memilih makanan kemasan bernutrisi bagi anak memang tidak mudah.

Ditulis oleh pada Juli 23, 2023

Memilih makanan kemasan bernutrisi bagi anak memang tidak mudah. Menurut Pakar Kesehatan Masyarakat dan Ahli Nutrisi Universitas Indonesia, Widya Fadila dalam memilih makanan kemasan, hal pertama yang harus diperhatikan adalah keamanannya.

“Kita harus selalu menghindari makanan dengan kemasan yang rusak, bolong, bocor, atau berkarat,” ucapnya dalam diskusi Pintar Pilih Makanan Kemasan Anak yang diadakan secara daring oleh Unifam di Jakarta pada hari Jumat (22/7/2023).

Widya juga menyarankan untuk memeriksa informasi mengenai produk yang tertera dari produsen dengan cara memindai barcode pada kemasannya. Selain itu, penting untuk memastikan tanggal kedaluwarsa yang tertera.

Dijelaskan lebih lanjut, hindari makanan kemasan yang mengandung banyak bahan tambahan seperti pengawet, perisa, penguat rasa, dan pewarna, terutama jika anak mengonsumsinya setiap hari.

“Disarankan untuk tidak memberikan makanan kemasan setiap hari, terutama jika makanan tersebut mengandung banyak bahan tambahan seperti pengawet, perisa, penguat rasa, dan pewarna. Jika memungkinkan, pilihlah makanan kemasan yang memiliki perisa tanpa tambahan pewarna atau pengawet karena makanan yang telah dibekukan atau di-vakum sudah memiliki daya tahan alami. Jadi, pilih salah satu dari keduanya,” katanya.

Widya menyatakan bahwa konsumsi makanan kemasan dengan banyak bahan tambahan tidak bijaksana, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah yang terlalu banyak dalam sehari. Lebih baik bagi anak-anak untuk tetap memilih makanan olahan alami yang dibuat di rumah dan mengonsumsi makanan kemasan hanya saat ngemil atau satu waktu makan saja.

Hal ini disebabkan karena paparan berlebihan pada makanan kemasan pada usia dini dapat mengganggu toleransi rasa anak terhadap makanan alami dan membuatnya kesulitan dalam mengonsumsi makanan alami di masa depan, serta bisa menyebabkan “kecanduan” terhadap makanan kemasan.

“Semakin dini anak terbiasa dengan makanan kemasan, semakin rendah toleransi anak terhadap rasa makanan alami. Jika anak sejak kecil terbiasa dengan minuman berasa manis, ketika diberikan minuman dari buah asli, mereka akan menginginkan penambahan gula atau susu, ini berarti mereka sebenarnya tidak mengenali rasa alami dari buah tersebut. Oleh karena itu, semakin dini anak diperkenalkan dengan makanan alami, semakin baik,” saran Widya.

Selain itu, Widya juga menyarankan untuk memilih makanan kemasan yang rendah gula dan garam. Produsen yang telah memenuhi standar klaim rendah gula dan garam umumnya juga telah mematuhi regulasi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), sehingga keamanannya lebih terjamin.

Namun, ia menekankan bahwa konsumen juga perlu memperhatikan takaran saji agar tetap bisa mendapatkan manfaat dari produk yang rendah gula dan garam bagi tubuh, terutama untuk anak-anak. Lebih bijak jika makanan kemasan dengan porsi atau takaran saji untuk dewasa diberikan setengah porsi untuk anak-anak.

“Jumlah gizi dan nutrisi yang masuk ke tubuh akan dipengaruhi oleh takaran saji. Jika ingin mencari makanan yang tinggi protein, carilah makanan yang tidak hanya memberikan rasa enak tetapi juga memberikan nutrisi yang sesuai,” ujarnya.

Dia pun mengingatkan orang tua atau konsumen yang ingin membeli untuk memeriksa jenis alergi yang tercantum pada bagian komposisi produk. Dalam proses produksi, mesin pengolah makanan sering bersentuhan dengan bahan pemicu alergi seperti cokelat, kacang, atau keju. Orang tua perlu memperhatikan risiko alergen tersebut dan menghindari anak-anak dari mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pemicu alergi tersebut.


Pendapat pembaca

Tinggalkan balasan