Program subsidi pembelian mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) masih sepi peminat. Sebaliknya, penjualan mobil hybrid atau hybrid elevtric vehicle (HEV) justru makin tinggi, meskipun tidak dapat subsidi
Ditulis oleh redaksi pada Juni 18, 2023
Program subsidi pembelian mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) masih sepi peminat. Sebaliknya, penjualan mobil hybrid atau hybrid elevtric vehicle (HEV) justru makin tinggi, meskipun tidak dapat subsidi. Pada Januari-Mei 2023, penjualan kendaraan listrik atau BEV hanya mencapai 4.648 unit. Sedangkan penjualan mobil hybrid tembus 12.128 unit.
Peneliti teknik tenaga listrik Institut teknologi bandung (ITB), Agus Purwadi berpendapat, masyarakat Indonesia tidak bisa langsung bermigrasi secara massal ke mobil listrik. Ini terjadi karena belum siapnya ekosistem, khususnya infrastruktur charging publik, penggunaan listrik rumah tangga yang mayoritas masih di bawah 2.200 VA, jenis BEV yang masih terbatas di segmen menengah atas, dan daya beli masyarakat yang umumnya baru bisa menjangkau mobil seharga di bawah Rp 300-an juta.
Menurutnya, transisi ke mobil hybrid adalah salah satu jalan menuju full BEV. Jadi tidak bisa langsung pindah sepenuhnya ke BEV.
“Transisi cepat yang mungkin bisa dilakukan adalah melalui sepeda motor listrik dan angkutan massal, seperti taksi atau bus melalui mekanisme sharing mobility atau mobility as a service,” kata Agus Purwadi kepada Investor Daily, dikutip Sabtu (17/6/2023).
Dalam pandangan Agus, insentif untuk BEV sesungguhnya efektif. Masalahnya, jenis kendaraan yang mendapat insentif masih terbatas, yaitu baru Wuling Air-EV kelas menengah-bawah dengan dimensi kecil yang lebih cocok untuk city car, dan Hyundai Ioniq-5 untuk segmen menengah atas.
“Karena salah satu enabler penting adalah infrastruktur charging station dan baterai, maka selayaknya pemerintah memberi insentif agar ekosistem untuk charging dan produksi baterai dalam negeri tumbuh lebih cepat,” tandas dia.
Pengamat otomotif dari LPEM-FEB Universitas Indonesia (UI) Riyanto juga menyampaikan, masyarakat Indonesia tidak bisa langsung bermigrasi dari mobil konvensional ke mobil listrik murni, melainkan harus transisi terlebih dahulu ke mobil hybrid.
“Pilihan paling rasional bagi konsumen di Indonesia saat ini adalah mobil hybrid. Jika suatu saat ditemukan BEV yang harganya lebih murah, fungsi, dan lain-lainnya lebih dari internal combustion engine vehivle (ICEV), ya orang-orang enggak usah disuruh juga akan membeli BEV,” kata Riyanto.
Ia melihat ke depan mobil hybrid akan lebih berkembang. Karenanya, pemerintah perlu memperbanyak insentif untuk mobil hybrid agar transisi ke BEV berlangsung mulus. Harga mobil listrik, baik BEV maupun HEV dan PHEV, akan turun signifikan dan terjangkau masyarakat luas setelah ekosistemnya terbentuk dan digunakan secara masif di dalam negeri.