Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meminta semua pihak untuk mengantisipasi dampak El Nino,
Ditulis oleh redaksi pada Mei 19, 2023
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meminta semua pihak untuk mengantisipasi dampak El Nino, terutama pada ketersediaan dan harga pangan. Untuk itu, ia mendorong semua pihak agar menyiapkan langkah-langkah antisipasi.
“Kita harus bersiap-siap atas adanya ancaman El Nino yang membuat udara menjadi panas luar biasa. Ini (El Nino, Red) juga bisa mengakibatkan kenaikan harga pangan,” ujar Zulkifli Hasan saat kunjungan kerja di Lampung Tengah, dikutip Antara, Kamis (18/5/2023).
Mendag mengatakan, adanya potensi kenaikan harga pangan diakibatkan oleh berkurangnya produksi karena musim kemarau di sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia.
“Gula, bawang putih, sekarang telur yang harganya naik, ini yang harus kita antisipasi. Harus bersiap karena harga mulai mahal dan pasokan agak berkurang,” kata mendag mengingatkan.
Selain itu, mendag juga meminta masyarakat untuk mengatur konsumsi dengan baik dan tidak berlebihan.
Untuk sejumlah bahan pangan yang tidak dibeli secara impor, menurut Mendag stoknya saat ini dalam kondisi yang aman.
“Ini kemungkinan yang impor saja yang berkurang. Untuk yang tidak impor, semua stok aman dan tersedia,” tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan Indonesia berpeluang 50% mengalami El Nino pada periode bulan Juni-Agustus 2023.
Ia menjelaskan, El Nino menyebabkan dampak kekeringan di sejumlah wilayah karena curah hujan berkurang. Kendati begitu, Dwikorita mengatakan El Nino 2023 diprakirakan lemah.
“Itu ada 50% peluang mengalami El Nino lemah, jadi dampaknya kekeringan karena curah hujan berkurang,” kata Dwikorita.
Kendati demikian, Dwikorita menuturkan, tetapi harus mengantisipasi terjadinya kekeringan yang kemungkinan akan terjadi hingga September 2023.
Dwikorita menjelaskan, El Nino dapat terjadi karena ada aliran massa udara basah dari wilayah Indonesia ke Samudra Pasifik, sehingga Indonesia menjadi kering.
“Artinya di wilayah Indonesia ini kehilangan massa udara basah yang artinya berkurangnya curah hujan, tetapi intensitas masih lemah, jadi ada potensi lebih kering dari tiga tahun terakhir,” paparnya.
Untuk itu, lanjut Dwikorita, tetap perlu mengantisipasi ancaman a Nino ini, karena masyarakat sudah terbiasa dengan kondisi musim kemarau basah.