PP PBSI mengevaluasi kegagalan kontingen Indonesia mewujudkan target di Kejuaraan Bulu Tangkis Asia atau Badminton Asia Championship
Ditulis oleh redaksi pada Mei 6, 2023
PP PBSI mengevaluasi kegagalan kontingen Indonesia mewujudkan target di Kejuaraan Bulu Tangkis Asia atau Badminton Asia Championship (BAC).
Indonesia hanya mampu menyabet satu gelar di kejuaraan ini yakni di nomor tunggal putra. Di dua nomor lainnya yakni ganda campuran dan ganda putra Tim Merah Putih tak memenuhi target yang ditetapkan yakni menjadi juara.
Evaluasi hasil kejuaraan yang digelar di Dubai, Uni Emirat Arab ini diungkapkan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky.
Rionny menyebut para pebulu tangkis Indonesia seharusnya bisa mencontoh Anthony Sinisuka Ginting, yang menjuarai nomor tunggal putra.
“Seperti (Anthony Sinisuka) Ginting. Dia yang bersusah payah harusnya kalah saat melawan Tiongkok (lawan Li Shi Feng di perempat final), tetapi dia berusaha. Itu dari daya juangnya luar biasa dan ini harus ditiru oleh sektor lain,” kata Rionny di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (4/5/2023).
Dalam partai babak delapan besar itu, Ginting menyerah 10-21 pada gim pertama. Namun kemudian dia bangkit dan menyingkirkan pebulu tangkis Tiongkok itu setelah melewati deuce dengan 23-21 dan 26-14.
Nomor ganda putra yang menjadi harapan juga kandas padahal berjejuatan pasangan nomor satu satu dunia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Sementara pada nomor ganda campuran, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati, gagal melanjutkan langkahnya karena cedera. Padahal mereka baru saja masuk 10 besar dunia.
“Rehan sangat disayangkan, dia ada sedikit kendala. Itu sebenarnya sudah terjadi di sini (Pelatnas), saat meloncat sudah tidak enak. Tiga hari ke sana (Dubai) kami kira bisa pulih, tidak tahunya masih belum sembuh total. Target tadinya mungkin dia bisa ambil di emas (juara),” ujar Rionny.
PBSI juga menyoroti kinerja atlet tunggal putri dan ganda putri yang masih butuh perhatian tambahan. Di nomor ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti kandas di babak pertama karena disingkirkan wakil Thailand, Benyapa Aimsaard/Nuntakarn Aaimsaard.
Pada nomor ini, Rionny melihat para pemainnya mengalami kondisi mental yang naik-turun. Fakta tersebut harus dievaluasi oleh pelatih, apalagi olimpiade sudah di depan mata sehingga persiapan harus benar-benar ditingkatkan.
Rionny mengungkapkan kemampuan atlet untuk menyesuaikan diri di lapangan menjadi penting. Kalau pun faktor tekniknya sudah mumpuni, namun jika mentalnya tidak kuat maka akan sulit beradaptasi dengan kondisi lapangan.
Menurut Rionny, hal inilah masih menjadi kendala bagi para pemainnya. “Masalah lapangan itu memang penting sekali. Itu bukan alasan, harus kami pelajari. Di sini juga mengalami. Kalau anak-anak ini harus lebih siap dari segala situasi. Lapangan, bola, itu bukan alasan,” tuturnya.
Rionny juga mengevaluasi performa Gregoria Mariska Tunjung yang terseingkir di perempat final saat menghadapi Chen Yu Fei dari Tiongkok. Menurut Rionny, masalah lapangan yang tak bisa diatasi oleh Gregoria menjadi penyebab pemain kelahiran Wonogiri ini kalah dan tersisih.
“Itu sayang, karena rubber set. Akibat kondisi angin, Grego banyak buat salah. Ini berarti kontrolnya kurang bagus,” pungkas Rionny.