Seorang remaja laki-laki melakukan penembakan massal ke sebuah sekolah di Belgrade
Ditulis oleh redaksi pada Mei 4, 2023
Seorang remaja laki-laki melakukan penembakan massal ke sebuah sekolah di Belgrade, Serbia, Rabu (3/5/2023). Aksinya ini menewaskan delapan anak dan seorang penjaga sekolah, serta melukai enam anak lainnya dan seorang guru yang saat ini masih dalam perawatan intensif di rumah sakit.
Dikutip dari AP, Rabu (3/5/2023), polisi mengidentifikasi penembak dengan inisialnya KK yang melepaskan tembakan dengan pistol ayahnya. KK ditangkap di halaman sekolah. Dari informasi yang dihimpun pihak kepolisian, KK adalah seorang siswa di sekolah tersebut dan lahir pada tahun 2009 atau masih berusia 14 tahun.
Pihak kepolisian mengatakan mereka menerima telepon tentang adanya penembakan di Sekolah Dasar Vladislav Ribnikar sekitar pukul 8.40 pagi waktu setempat. Pelaku pertama kali menembak guru dan kemudian anak-anak yang bersembunyi di bawah meja.
Saya bisa mendengar suara tembakan. Itu tanpa henti,” kata seorang siswa yang berada di kelas olahraga di lantai bawah ketika tembakan meletus. “Saya tidak tahu apa yang terjadi. Kami menerima beberapa pesan di telepon,” sambungnya.
Tayangan media lokal dari tempat kejadian menunjukkan keributan di luar sekolah saat polisi memindahkan tersangka, yang kepalanya ditutup saat petugas membawanya ke sebuah mobil yang diparkir di jalan. Siswa yang mendengar penembakan itu menggambarkan tersangka sebagai “pria pendiam” yang “terlihat baik”.
“Dia mendapat nilai bagus, tapi kami tidak tahu banyak tentang dia,” kata siswa itu. “Dia tidak begitu terbuka dengan semua orang. Tentunya saya tidak mengharapkan ini terjadi,” tambahnya.
Tidak seperti di Amerika Serikat, penembakan massal di Serbia dan wilayah Balkan sangat jarang terjadi, bahkan dalam beberapa tahun terakhir tidak ada laporan aksi penembakan di sekolah. Penembakan massal terakhir terjadi tahun 2013 yang melibatkan seorang veteran perang Balkan dan menewaskan 13 orang di sebuah desa di Serbia tengah.
Namun, para ahli telah berulang kali memperingatkan tentang jumlah senjata yang tersisa di negara itu setelah perang tahun 1990-an. Mereka juga mencatat, ketidakstabilan selama puluhan tahun yang berasal dari konflik serta kesulitan ekonomi yang sedang berlangsung dapat memicu ledakan tersebut.