Kehadiran Ajay Banga sebagai calon kuat Presiden Bank Dunia menimbulkan perbedaan pandangan di kalangan para analis dan ekonom dunia. Banyak yang optimis bahwa dia mampu memimpin organisasi besa
Ditulis oleh redaksi pada April 14, 2023
Kehadiran Ajay Banga sebagai calon kuat Presiden Bank Dunia menimbulkan perbedaan pandangan di kalangan para analis dan ekonom dunia. Banyak yang optimis bahwa dia mampu memimpin organisasi besar tersebut, namun tak sedikit pula yang ragu.
Dikutip dari Associated Press, Kamis (13/4/2023), Banga yang berasal dari India dan mengawali sukses di negaranya itu merupakan fakta yang akan mendukung keberhasilannya dalam memimpin Bank Dunia. Banga diyakini memiliki wawasan tentang tantangan yang dihadapi negara-negara yang butuh bantuan, terutama terkait iklim dan bencana alam.
Pada Februari lalu, Presiden AS Joe Biden menyebut nama Ajay Banga sebagai sosok yang memiliki pengalaman dalam menangani tantangan dunia saat ini. Meski tidak memiliki pengalaman dalam hal tantangan perubahan iklim, Banga diyakini Biden mampu mengatasi persoalan tersebut.
Pada pertemuan musim semi Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) pekan ini, Menteri Keuangan AS Janet Yellen juga percaya bahwa Banga mampu memimpin Bank Dunia. Menkeu AS yang menyinggung posisi Banga saat ini sebagai Vice Chairman General Atlantic, memiliki lebih dari 30 tahun pengalaman bisnis, termasuk sebagai CEO Mastercard dan Dewan Palang Merah Amerika, Kraft Foods, dan Dow Inc.
“Dia memiliki keterampilan kepemimpinan dan manajemen, latar belakang, serta keahlian keuangan yang tepat untuk memimpin Bank Dunia pada momen kritis dalam sejarahnya,” puji Yellen.
Bank Dunia yang beranggotakan 189 negara memiliki misi mengurangi kemiskinan dan membangun kemakmuran di negara berkembang. Ancaman perubahan iklim adalah fokus utama Bank Dunia saat ini.
Belakangan ini, sejumlah pemimpin dunia dan aktivis dari negara-negara miskin, terutama yang rentan terhadap cuaca ekstrem yang diperparah perubahan iklim, menyerukan reformasi besar-besaran di seluruh sistem bank pembangunan multinasional. Dipimpin oleh Perdana Menteri Barbados, Mia Mottley dan didukung oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, mereka mendorong sesuatu yang disebut Bridgetown Initiative.
Konsep ini diyakini akan mempermudah dan mempercepat negara-negara berkembang yang terdampak bencana alam untuk mendapatkan bantuan dengan suku bunga yang lebih rendah. Hal ini menjadi tantangan bagi Ajay Banga sebagai calon kuat Presiden Bank Dunia.
Dia akan menggantikan David Malpass, yang ditunjuk Donald Trump. Malpass mengumumkan akan mengundurkan diri Juni ini, setahun lebih awal, setelah mendapat tekanan karena menolak untuk mengatakan apakah dia setuju dengan konsensus ilmiah tentang perubahan iklim.
Beberapa analis keuangan iklim lega bahwa Banga setidaknya percaya bahwa perubahan iklim disebabkan oleh bahan bakar fosil. Tetapi, banyak juga yang skeptis bahwa pengalaman Banga, seperti di Nestle, Pizza Hut, dan Mastercard, cocok secara alami untuk pendanaan iklim
Meski Banga berasal dari negara bagian yang mengalami tekanan iklim di India, namun kariernya yang jauh lebih lama di Amerika membuat sejumlah analis bersikap menunggu.
Anit Mukherjee, seorang rekan di Observer Research Foundation America (ORFA), menyebut kenaikan Banga sebagai “momen yang membanggakan bagi India”. ORFA adalah lembaga yang mengabdikan diri untuk pembangunan global India.
“Tumbuh di India, Banga kemungkinan akan memahami masalah yang dihadapi negara berkembang. Juga jelas bahwa dia memahami pasar di seluruh dunia,” kata Mukherjee. Namun, terkait apakah Banga akan memahami soal tantangan pendanaan iklim, Mukherjee menyatakan masih belum jelas.
Kepala Strategi Politik Global di Climate Action Network International, Harjeet Singh, menyebut kepergian Malpass sebagai kesempatan bersejarah untuk mengubah sistem. Namun, dia menyebut Banga “hanyalah anggur lama dalam botol baru”.
“Dia telah bekerja di perusahaan yang motif utamanya adalah keuntungan. Dalam hal pembangunan, terutama perubahan iklim, ini tentang keadilan dan kesetaraan,” kata Singh.
Menurutnya, latar belakang Banga tidak menginspirasikan kepercayaan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan itu. “Kita menghadapi berbagai krisis, termasuk perubahan iklim, krisis utang, dan krisis perbankan. Kita tidak dapat melanjutkan dengan sistem yang sama, yang bertanggung jawab atas krisis ini,” kata Singh.
Ajay Banga adalah putra seorang perwira tentara India, yang lahir pada 1959. Dia dididik di beberapa institusi pendidikan utama India. Ketika ekonomi India diliberalisasi pada awal 1990-an, Banga mampu bekerja dan bangkit melalui jajaran perusahaan multinasional.
Sejak pindah ke AS pada awal 2000-an, Banga telah memegang posisi prestisius di dunia korporat, termasuk mengepalai Mastercard dan menjabat sebagai Direktur Exor dan Temasek.
“Menunjuk seseorang seperti Banga adalah cara yang bagus untuk membuka percakapan dengan negara-negara berkembang,” kata Suranjali Tandon, asisten profesor di National Institute of Public Finance and Policy, sebuah lembaga penelitian yang berafiliasi dengan pemerintah India.
Namun, Tandon masih belum yakin bahwa Banga akan mampu atau mau mengubah cara kerja Bank Dunia secara drastis. Dikatakan, pengalaman Banga di sektor swasta membuatnya berpengalaman dalam mendapatkan keuntungan yang tinggi.
“Pembiayaan pembangunan, terutama pembiayaan iklim, adalah tentang investasi berisiko tinggi dan pengembalian rendah. Mengingat hal ini, saya tidak melihat Bank Dunia berubah secara radikal di bawah kepemimpinannya nanti,” ujarnya.