PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) meraih laba bersih US$ 530,88 juta pada 2022, naik sekitar 10 kali lipat dari US$ 47,1 juta tahun sebelumnya
Ditulis oleh redaksi pada April 3, 2023
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) meraih laba bersih US$ 530,88 juta pada 2022, naik sekitar 10 kali lipat dari US$ 47,1 juta tahun sebelumnya. Namun secara kuartalan, laba bersih perseroan pada kuartal IV-2022 lebih rendah karena penurunan nilai pada lapangan gas Simenggaris yang menggunakan harga tetap dan IPP panas bumi Sarulla.
Sedangkan dalam setahun penuh, pendapatan MEDC naik 84,66% (yoy) menjadi US$ 2,31 miliar tahun lalu dan EBITDA perseroan tercatat US$ 1,59 miliar, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan 2021.
“Hasil ini adalah kinerja terbaik kami, secara operasional maupun finansial, beberapa tonggak penting telah berhasil dicapai sebagai dasar kesuksesan berkelanjutan di masa depan,” terang Direktur Utama MEDC Hilmi Panigoro secara tertulis yang dikutip pada Minggu (2/4/2023).
Pertumbuhan laba bersih dan pendapatan emiten produsen minyak dan gas (migas) ini, tak lepas dari peningkatan kinerja operasional. Tahun lalu, perseroan memproduksi migas 163 million barrel oil of equivalent per day (mboepd), naik 73% (yoy) dengan biaya US$ 6,9 per barrel of oil equivalent.
Detailnya, capaian tersebut terdiri dari produksi 79% gas dan 21% likuid. Sebanyak 45% dari total produksi terekspos harga komoditas saat ini, 55% pada harga tetap yakni AS$ 6,8 per mmbtu pada 2022.
Sedangkan kinerja operasional ketenagalistrikan, mencatatkan penjualan 3.993 gigawatt hour (GWh) yang naik 47% (yoy) dari anak usaha MEDC yakni Medco Power. Pertumbuhan disumbangkan dari operasional IPP Riau sebesar 275 megawatt (MW) pada Februari 2022, serta fasilitas tenaga surya Sumbawa 26 MWp pertengahan tahun lalui.
Selanjutnya dari bisnis mineral, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) memproduksi tembaga 464 Mlbs sepanjang 2022 yang naik 99% (yoy) dan produksi emas 731 Koz yang naik 367% (yoy).
“Kontribusi laba bersih yang signifikan dari AMNT,” tulis manajemen dalam materi paparan publiknya.
Mereka menjelaskan, kenaikan produksi ini mengikuti peningkatan pengembangan smelter Fase 7. Adapun harga tembaga terealisasi rata-rata adalah US$ 3,56 per pon.
Sementara itu, dari struktur permodalan, MEDC tercatat masih memiliki utang kotor US$ 3,2 miliar dan utang bersih US$ 2,4 miliar yang di bawah level 2019. Obligasi Rupiah diterbitkan pada Juli 2022 untuk pembayaran utang yang jatuh tempo tahun ini sebesar US$ 95 juta.
“Tender offers dan buybacks sebesar US$ 456 juta untuk pembayaran Obligasi USD yang saat ini 54% dari utang terkonsolidasi,” sambung manajemen MEDC.
Perseroan juga berencana melunasi utang akuisisi Corridor pada akhir 2024 sebesar US$ 850 juta, sedangkan US$ 415 juta telah dilunasi pada 2022 sejak Maret.
Tahun ini, perseroan menargetkan produksi migas sekitar 160 mboepd sedikit turun dari realisasi 2022. Sedangkan penjualan listrik dipatok pada jumlah 4.000 GWh yang sedikit lebih tinggi dari realisasi tahun lalu.
Sedangkan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk lini bisnis migas, dianggarkan sebesar US$ 250 juta, dengan capex ketenagalistrikan US$ 80 juta. Tahun lalu, MEDC mengeluarkan capex migas US$ 269 juta, terutama untuk pekerjaan dua proyek pengembangan gas yang baru di Natuna.
Sedangkan capex ketenagalistrikan ada di kisaran US$ 33 juta untuk pengembangan IPP berbahan bakar Gas Riau 275 MW dan fasilitas Solar PV Sumbawa 26 MWp.
Pengembangan-pengembangan baru juga telah dimulai, pengembangan panas bumi Ijen 34 MW fase I dan proyek regasifikasi Sumbawa, bersama dengan pengembangan lebih lanjut di Natuna dan PSC Corridor.