Dua bom di amplop dikirim ke stasiun TV Ekuador
Ditulis oleh redaksi pada Maret 22, 2023
Dua bom di amplop dikirim ke stasiun TV Ekuador, di mana salah satunya meledak pada Senin (20/3/2023) waktu setempat.
Bom di amplop yang dikirim ke jurnalis Lenin Artieda meledak di tempat kerjanya di kota pelabuhan Guayaquil, kata jaringan swasta Ecuavisa di situsnya.
Artieda menerima amplop berisi drive USB yang meledak saat dia memasukkannya ke komputer.
Dia menderita luka ringan di tangan dan wajahnya, kata petugas polisi Xavier Chango. Tidak ada orang lain yang terluka.
Di tempat lain di Guayaquil di barat daya Ekuador, kantor kejaksaan mengatakan sebuah bom surat juga dikirim ke saluran lain, TC Television.
“Petugas penjinak bom akan melakukan peledakan terkendali,” kata kantor itu dalam sebuah pernyataan.
Chango mengatakan drive USB yang dikirim ke Artieda bisa saja dimuat dengan RDX, “peledak tipe militer.”
Dia menambahkan polisi juga menyelidiki amplop yang dikirim ke dua media lain di ibu kota Ekuador, Quito.
Pemerintah mengatakan dalam sebuah pernyataan “dengan tegas menolak segala bentuk kekerasan yang dilakukan terhadap jurnalis dan media”.
Segala upaya untuk “mengintimidasi jurnalisme dan kebebasan berekspresi adalah menjijikkan,” tambahnya.
Pengawas hak asasi manusia CDH Ekuador juga mengutuk serangan terhadap media.
Ekuador negara yang terletak di tengah-tengah Kolombia dan Peru, dua produsen kokain terbesar di dunia, telah menjadi pusat perdagangan narkoba global dalam beberapa tahun terakhir.
Guayaquil adalah salah satu kota dengan tingkat kriminal tinggi, dengan seringnya bentrokan antara geng yang mempersengketakan rute perdagangan narkoba sering terjadi.
Presiden Guillermo Lasso telah menyatakan perang terhadap geng-geng kriminal yang mengendalikan perdagangan narkoba dari penjara yang dilanda kekerasan ekstrem dan kerusuhan yang telah menewaskan lebih dari 400 narapidana sejak 2021.
Tingkat pembunuhan di Ekuador melonjak dari 14 per 100.000 penduduk pada 2021 menjadi 25 per 100.000 pada 2022.
Tahun lalu, stasiun TV RTS diserang tembakan, dan pada tahun 2020 sebuah bom meledak di Teleamazonas.