Terputar

Title

Artist


hybrid” telah mendominasi diskusi mengenai cara bekerja terbaik untuk menghadapi era new normal

Ditulis oleh pada Agustus 22, 2022

Permintaan bekerja secara hybrid diprediksi tidak menurun, bahkan kata “hybrid” telah mendominasi diskusi mengenai cara bekerja terbaik untuk menghadapi era new normal. Menurut situs bursa kerja Jobstreet Indonesia, lebih dari 50% pekerja saat ini berharap sistem kerja hybrid bakal tetap bertahan bahkan setelah masa pandemi berakhir.

Oleh karenanya diperlukan investasi dalam teknologi untuk kolaborasi tim hybrid yang efektif. Meski bisnis di Asia sudah mulai menerapkan cara bekerja yang lebih fleksibel, hybrid working membutuhkan pendekatan khusus. Dengan sebagian pekerja lebih memilih untuk bekerja dari rumah dan sebagiannya lagi memilih untuk kembali ke kantor, banyak perusahaan mencari pendekatan terbaik untuk membangun strategi hybrid yang tepat dan sesuai dengan budaya perusahaan mereka.

Tanpa adanya teknologi, keberlanjutan bisnis selama masa pandemi akan sangat sulit dilakukan bagi sebagian perusahaan. Setelah menjaga karyawan dapat tetap beroperasi dengan pengaturan ad-hoc, tim TI kini telah mengubah fokus mereka dan meninjau kebutuhan teknologi yang dapat mengakomodasi baik karyawan jarak jauh dan karyawan di kantor. Dengan variasi karyawan yang mengikuti rapat dari kantor maupun lokasi lainnya, rapat hybrid dan virtual kini menjadi suatu hal yang umum.

Pada waktu yang sama, ekspektasi karyawan telah berubah sepenuhnya sejak masa pra-pandemi. Teknologi yang sebelumnya bukan merupakan keperluan sekarang menjadi suatu hal yang krusial tidak hanya di ruang konferensi, tetapi juga di ruang mana pun – seperti kantor pribadi, meja kerja bersama, ataupun jarak jauh. Sekarang, perangkat kolaborasi seperti webcam dan headset atau tunjangan bagi karyawan untuk memastikan mereka siap bekerja jarak jauh menjadi standar di kebanyakan organisasi.

Perusahaan dan tim TI kini perlu mengambil pendekatan holistik dalam memperlengkapi tenaga kerja hybrid. Mereka perlu memastikan bahwa setiap karyawan memiliki akses yang sama ke perangkat keras, perangkat lunak, dan solusi berkualitas tinggi. Hal yang sama juga berlaku dalam ekosistem di mana karyawan secara rutin menggunakan berbagai platform berbasis web untuk rapat video.

Menurut Survei Digital Worker Experience oleh Gartner, para pekerja saat ini menggunakan alat kolaborasi 44% lebih banyak dibandingkan 2019. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi digital dan konferensi video menjadi alat utama dalam bekerja, karena 80% pekerja merasakan adanya peningkatan efisiensi. Oleh karena itu, mereka memerlukan alat kolaborasi untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik.

Di samping itu, perlunya investasi dalam tempat kerja hybrid. Tidak hanya mencakup berlangganan lisensi perangkat lunak konferensi video. Saat ini, menentukan dan menetapkan solusi konferensi video adalah keputusan strategis dengan manfaat signifikan bagi tim TI dan bisnis. Perangkat ruang rapat, headset dan webcam pribadi, serta aplikasi pengelola semuanya berkontribusi pada kualitas dan pengalaman rapat virtual secara keseluruhan. Solusi yang ideal harus terjangkau, terukur, mudah digunakan oleh karyawan, dan cukup fleksibel dalam mengakomodasi kebutuhan bisnis yang dinamis.

Untuk mengakomodasi dinamika tenaga kerja yang terus berkembang, pemimpin bisnis telah mendesain ulang, menutup, mempersempit, memperluas, membangun kembali, memindahkan, dan memperlengkap ruang perkantoran. Tampaknya pengaturan tempat duduk tetap akan ditinggalkan karena lebih banyak perusahaan yang memilih ruang kerja fleksibel atau on-demand untuk memungkinkan kolaborasi bagi tim yang sekarang lebih tersebar. Pengaturan tempat duduk tetap di ruang kantor akan menjadi sebuah hal di masa lalu seiring dengan kian banyaknya bisnis yang menyediakan ruang kerja fleksibel atau sesuai dengan permintaan guna memungkinkan kolaborasi tim yang saat ini lebih tersebar.

Video Collaboration Lead Logitech Indonesia Bayu Eko Susetio mengatakan, ruang kolaborasi dan rapat kini hadir dalam berbagai bentuk – mulai dari meja kerja bersama hingga ruang berkumpul serta ruang konferensi tradisional.

“Di organisasi yang menerapkan cara kerja hybrid, karyawan datang ke kantor dengan jadwal tidak tetap. Bagaimana ruang ditata dan perangkat kolaborasi digunakan akan berdampak besar pada keterlibatan dan produktivitas karyawan. Setiap ruang rapat perlu dilengkapi dengan tujuan khusus dan mendukung rapat di kantor atau hybrid sesuai permintaan. Alat kolaborasi seperti sistem konferensi video harus dapat memenuhi permintaan baru ini sehingga karyawan dapat bertransisi dari kantor ke rumah tanpa kesulitan. Pendekatan yang mengutamakan video dan mengapa hal itu penting,” ujar dia dalam keterangan tertulis.

Bayu menambahkan, perubahan besar cara dan tempat orang bekerja berarti bisnis memiliki prioritas untuk memastikan tim yang tersebar dapat berkolaborasi secara efektif. Perusahaan perlu memastikan bahwa kolaborasi terjadi tidak hanya di kantor, tetapi di mana-mana. Bagi kebanyakan bisnis, ini berarti meninjau kebutuhan ruang kerja fisik dan virtual mereka, sumber daya konferensi video, dan investasi untuk menjamin hasil yang paling efektif bagi organisasi mereka.

 


Pendapat pembaca

Tinggalkan balasan