Meninggalnya putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz alias Eril (22), di Sungai Aare, Bern, Swiss, menyita perhatian publik Tanah Air
Ditulis oleh redaksi pada Juni 13, 2022
Meninggalnya putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz alias Eril (22), di Sungai Aare, Bern, Swiss, menyita perhatian publik Tanah Air.
Selain pemberitaan bertubi-tubi media massa berbagai platform, media sosial (medsos) banjir oleh berbagai tanggapan dan doa netizen.
Eril yang awalnya tidak begitu populer mendadak menjadi perbincangan umum setelah dikabarkan hilang.
Orang ramai mencari tahu siapa Eril, untuk kepentingan apa sampai di Swiss, dan terutama, mengapa sampai ia terseret arus Sungai Aare.
Media sosial memungkinkan semua orang mudah mengakases informasi mengenai Eril dan keluarganya. Beragam informasi itu muncul cukup dengan menyentuh layar gawai masing-masing.
Kebetulan keluarga Ridwan Kamil alias Kang Emil akrab dengan Instagram, Twitter, Facebook dan semacamnya.
Kang Emil dikenal sebagai salah satu kepala daerah yang akrab teknologi informasi. Arsitek lulusan Institut Teknologi Bandung (S-1) dan Universitas California, Berkeley, Amerika (S-2) ini tahu benar bagaimana menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi efektif seorang pamong praja dengan warganya.
Unggahannya tidak melulu soal kebijakan pemerintahan. Hal sederhana dan cenderung candaan pun di-posting di akun pribadinya.
Bahasa yang digunakan juga adalah bahasa yang gampang dicerna awam. Demikian halnya yang dilakukan istrinya, Atalia Praratya, dan kedua anak pasangan ini, Eril dan Camillia Laetitia Azzahra.
Warganet dengan mudah bisa melihat foto-foto kemesraan keluarga Kang Emil-Atalia.
Kedekatan si sulung dengan kedua orangtuanya, seperti yang terlihat dari berbagai unggahan di akun medsos keluarga itu, membuat insiden hanyutnya Eril makin mengaduk emosi.
Apalagi Kang Emil dan Atalia juga mengunggah ungkapan hati mereka melalui puisi menyentuh hati tentang harapan -dan akhirnya- rasa berserah kehilangan anak kesayangan.
Maka penantian panjang sejak Eril hilang pada 26 Mei 2022 hingga ditemukan tak bernyawa 8 Juni 2022, seolah menjadi penantian kolektif netizen.
Sebanyak 4,69 juta akun menyukai unggahan Kang Emil pada 3 Juni 2022 di mana ia menyerahkan jasad anaknya kepada Sungai Aare.
Unggahan Allhu Akbar!! tiga hari lalu yang berisi rasa syukur Ridwan Kamil kepada Allah atas ditemukannya jenazah Eril disukai lebih dari 3,3 juta akun hingga Minggu (12/6/2022).
Unggahan sehari kemudian yang menggambarkan kondisi jenazah Eril sekaligus Kang Emil yang bisa memeluk dan memandikannya disukai lebih dari 2,9 juta akun.
Sedangkan unggahan foto-foto Eril semasa hidup di akun Instagram Atalia disukai 2 juta lebih warganet.
Selama 14 hari pencarian Eril itu, publik disuguhi drama riil kehidupan.
Melalui pemberitaan media mainstream maupun informasi yang berserakan di dunia maya, publik seolah terlibat merasakan bagaimana kegalauan orangtua yang kehilangan mendadak anak sulung kebanggaan.
Bagaimana tidak. Eril yang 25 Juni nanti genap berusia 23 tahun tentu adalah bakal penerus generasi keluarga.
Pandangan umum, capaian Eril hingga masa dewasa adalah rapor keberhasilan Kang Emil-Atalia mengasuh dan membesarkan sang anak.
Rekam jejak pendidikan Eril, misalnya, adalah dambaan setiap orangtua. Eril lulus dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB pada 2021.
SD dan SMP-nya di Pondok Pesantren Darul Hikam Bandung. Eril kemudian melanjutkan pendidikannya di SMAN 3 Bandung.
Kepergian Eril, sang ibunda dan adiknya ke Eropa adalah dalam upaya mencari sekolah jenjang S-2. Sebuah tahapan pendidikan yang sangat ideal.
Pada waktu bersamaan Kang Emil juga ke Eropa namun dalam rangka perjalanan dinas sebagai kepala daerah.
Gubernur Jawa Barat itu antara lain melakukan penjajakan sister province dan kerja sama industri kreatif, serta pertemuan dengan berbagai universitas di Inggris dalam rangka join campus. Ia juga diundang Vatikan untuk melakukan pertemuan membahas energi terbarukan.
Keluarga itu berangkat dalam suasana bahagia. Masing-masing menjalankan perannya. Tak diduga, perjalanan itu berujung duka.
Lembar berita Selasa (29/3/2022), atau dua bulan sebelum Eril hilang, Kang Emil bercerita bahwa Eril adalah buah hati Ridwan Kamil-Atalia yang lahir ketika mereka dalam kondisi susah.
Pada sebuah acara Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Kang Emil menuturkan bagaimana Eril lahir di sebuah rumah sakit untuk warga miskin di New York, Amerika, 25 Juni 1999.
Rumah sakit itu menjadi satu-satunya pilihan demi mendapatkan jaminan pembiayaan persalinan.
Kang Emil memaparkan, di New York awalnya ia bekerja sebagai arstitek dengan gaji lumayan sebagai profesional. Namun karena perusahaan tempatnya bekerja lalai mengurus visa kerja, ia tiba-tiba harus berhenti.
“…di-PHK karena HRD lupa memperpanjang visa saya. Bagai disambar geledek di New York. Visa sudah expired, saya tidak bisa ngelawan,” ujar Kang Emil.
Saat kena PHK, istri tercintanya Atalia Praratya sedang hamil delapan bulan.
Kang Emil dan Atalia tidak bisa segera pulang ke Tanah Air karena wanita hamil berusia delapan bulan tidak dibolehkan naik pesawat. Ia pun berusaha mencari kerja di New York, walau tanpa visa.
“Di-PHK tidak ada pesangon, tidak ada asuransi, dan biaya melahirkan di Amerika Serikat (ketika itu) Rp 70 juta, uang dari mana? Saya pun akhirnya bekerja tanpa visa, dengan julukan illegal migrant. Saya kerja sebagai tukang ukur bangunan dengan gaji UMR, anjlok dari gaji profesional,” katanya.
Gajinya sebagai tukang ukur bangunan tidak cukup untuk membayar biaya persalinan sang istri. Ia pun tak memiliki asuransi.