Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencatat sejumlah pahlawan perempuan yang memberontak melawan Belanda. Sejak awal
Ditulis oleh redaksi pada Mei 26, 2022
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencatat sejumlah pahlawan perempuan yang memberontak melawan Belanda. Sejak awal, Sukarno menyadari bahwa untuk mewujudkan kemerdekaan nasional tak mungkin dicapai tanpa adanya keterlibatan perempuan di dalamnya, dan untuk mengisi kemerdekaan pun tetap tak dapat diwujudkan tanpa perjuangan dan peran perempuan. Kisah para perempuan pejuang Indonesia sangat penting untuk ditelusuri dan dihadirkan ke publik luas, seperti Kartini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, dan salah satunya Inggit Garnasih.
Nama Inggit Garnasih sendiri mengemuka lantaran Ramadhan KH menulis kisahnya lewat buku berjudul Kuantar Ke Gerbang. Inggit Garnasih merupakan salah satu tokoh penting dalam perjalanan sosok Ir Soekarno sebagai Presiden Pertama Republik Indonesia dalam keberhasilannya membangun negara dan bangsa.
Hal tersebut yang kemudian menggerakkan artis Happy Salma berupaya mengangkat tokoh tersebut dalam teater musikal bertajuk “Inggit Garnasih: Tegak Setelah Ombak” dengan menggandeng Marsha Timothy yang telah sukses dipentaskan pada 20-21 Mei 2022 di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta.
“Pementasan ini merupakan produksi ke 53 yang sukses dipentaskan oleh Titimangsa. Kami memutuskan untuk mementaskan kembali cerita tentang Inggit Garnasih ini, karena kisah perjalanan hidup Ibu Inggit masih sangat relevan saat ini, dimana perempuan adalah pusat dari semesta rumah tangganya. Perempuan yang harus merawat semangat suami dan orang-orang sekitarnya tapi juga pada saat bersamaan, harus meredakan badai dalam hati dan mengambil sikap untuk tetap tegak setelah ombak,” ujar Happy Salma dalam keterangannya kepada media, Rabu (25/5/2022).
Diterangkan Happy, pementasan monolog Happy Salma dalam teater musikal “Inggit Garnasih” ini juga didukung oleh orang-orang yang berdedikasi di bidangnya. Dan semua yang terlibat merupakan sosok para perempuan hebat seperti produser dan koproduser perempuan yakni Happy Salma dan Marsha Timothy.
Selain itu, penulis naskah dan komposer juga perempuan, yakni Ratna Ayu Budhiarti dan Dian HP. Sedangkan untuk busana akan berkolaborasi dengan desainer ternama Tanah Air, Biyan. Iringan musik yang kali ini mengangkat musik orkestra dari Jakarta Concert Orchestra dan paduan suara Batavia Madrigal Singers.
“Saya bersama Marsha Timothy sebagai koproduser ingin memberikan kesegaran baru pada pementasan ini dengan mengambil sudut pandang yang berbeda. Kami membuka ruang kreativitas baru dengan berkolaborasi bersama para seniman mumpuni di bidangnya. Meski sempat tertunda selama dua tahun, 40% pembeli tiket tidak mau mengembalikan tiketnya dan tetap akan menanti kapan saja. Ini adalah sebuah keniscayaan dan kepercayaan bahwa kedepannya kita bisa melaksanakan pertunjukan, bertemu dengan penonton, dan menumbuhkan ekosistem seni pertunjukan Indonesia. Semoga ini dapat menjadi pemantik dan inspirasi untuk terus berkarya serta berkontribusi bagi kemajuan seni pertunjukan di Tanah Air,” tegasnya.
Sebagai informasi, pementasan monolog Happy Salma dalam teater musikal “Inggit Garnasih” ini juga didukung oleh orang-orang yang berdedikasi di bidangnya yaitu Happy Salma (pemain & produser), Marsha Timothy (koproduser), Wawan Sofwan (sutradara), Ratna Ayu Budhiarti (penulis naskah), Dian HP (komposer), Avip Priatna (konduktor), Iskandar Loedin (pimpinan artistik dan skenografer), Biyan (busana), Hagai Pakan (penata busana), Rudy Dodo (konsultan desain interior), Ati Sriati (solis), Jessica Januar (solis), Desak Putu Pandara Btari Patavika (solis), Batavia Madrigal Singers dan Jakarta Concert Orchestra.
Dan acaranya itu juga didukung oleh BRI Private, Ciputra Artpreneur, Direktorat Perfilman Musik dan Media Kemendikbudristek, The Plataran Canggu, Sariayu, The Resonanz, KawanKawan Media, dan Galeri Indonesia Kaya.
Inggit Garnasih adalah sosok perempuan yang tak lelah bekerja demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Ia meracik jamu, membuat bedak dingin, menjual peralatan pertanian, segala dilakukannya agar Bung Karno tetap setia dan teguh pada cita-citanya memerdekakan bangsa dari kolonialisme dan imperialisme. Ketika Bung Karno akhirnya akan sampai di gerbang Istana, menjelang kemerdekaan bangsa yang didamba, Inggit mengemas barang-barang dan kenangan dalam koper tuanya dan kembali ke Bandung.
“Inggit memilih mempertahankan martabatnya sebagai perempuan dan menolak dimadu ketika Soekarno menyatakan ingin menikah lagi. Meski Inggit dijanjikan menjadi istri utama, Inggit memilih mengatakan tidak kepada bapak pendiri bangsa ini. Ini yang kemudian menginisiasi kita mengangkat beliau dalam pementasan kami kali ini dan semuanya sukses digelar dan mendapat apresiasi yang besar dari masyarakat,” demikian Happy.