Terputar

Title

Artist


 Sejumlah perempuan Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Ukraina menjadi saksi banyaknya kabar bohong yang bertahun-tahun disebarkan pemerintah Rusia

Ditulis oleh pada April 20, 2022

Sejumlah perempuan Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Ukraina menjadi saksi banyaknya kabar bohong yang bertahun-tahun disebarkan pemerintah Rusia dan dipercaya media dan masyarakat Indonesia.

Pepi Aprianti Utami, WNI yang tinggal di Kyiv sejak tahun 2014 menyatakan sudah sejak lama dirinya mendengar pemberitaan media Rusia tentang kejahatan kemanusiaan yang dilakukan pemerintah Ukraina.

“Saya melihat dan menonton berita Rusia itu seperti bukan hidup di dunia yang sama. Mereka memberitahukan segala hal 180 derajat, itu yang tidak sama dengan kejadian di Ukraina,” tuturnya dalam siaran langsung Kopi Timur yang digelar Rakyat Merdeka Online (RMOL), Kamis lalu.

Pepi menyebutkan, Pemerintah Rusia menyebarkan propaganda ini itu, sehingga dirinya sangat meragukan informasi yang mereka siarkan. Karena apa pun yang dilaporkan media Rusia selalu berbalik terbalik dengan fakta yang sebenarnya.

Hal senada dinyatakan Rini Ambarwati, WNI yang tinggal di Lviv menyatakan dirinya merasa sakit hati karena sebagai warga yang tinggal di Ukraina dia menjadi saksi pendeitaan masyarakat akibat invasi Rusia.

“Sejujurnya sakit hati karena sebagai warga yang tinggal di sini. Saya yang merasakan dan yang menderita. Nah ketika melihat pemberitaan di media (Rusia, red) saya sakit hati karena dia sempat berpikir Rusia sebaik yang diberitakan oleh media-media di Indonesia,” ungkapnya.

Dirinya ingin, rekan-rekan di Indonesia berpikir secara logika tentang invasi Rusia terhadap Ukraina. Jangan selalu menyinggung agama contohnya menyamakan Ukraina dengan Palestina. Ini Ukraina yang dijajah sama Rusia.

Dalam kesempatan yang sama, Maysaroh alias Maya, WNI yang tinggal di Odessa melihat pemberitaan di Indonesia tentang penjajahan Rusia terhadap Ukraina cenderung menonjolkan sisi Rusia.

“Mereka (media Indonesia) gemar menggunakan diksi ura-ura. Mereka tidak tahu apa itu ura-ura. Mereka harusnya tahu, kalau ura-ura bagi masyarakat yang yang tinggal di sini adalah ancaman yang mencekam. Nyawa kami terancam,” tegasnya.

Senada dengan Maya, Prihatini alias Titin, WNI yang tinggal di Mykolaiv menyatakan kesedihannya setiap kali media di Indonesia justru mengglorifikasi jargon ura-ura yang mengancam jiwa warga Ukraina.

“Perasaan saya sedih banget karena aku yang dari hari yang pertama lihat ‘ura-ura’ kok gini. Aku coba menjelaskan, tapi netizen Indonesia justru membully aku. Karena mereka warga Indonesia yang tinggal di Indonesia sebenarnya tidak tahu dan tidak mau tahu jargon ‘ura-ura’ tersebut,” tuturnya.


Pendapat pembaca

Tinggalkan balasan