Terputar

Title

Artist


Tidak mudah membuka usaha sebagai dokter di AS, negeri dengan jumlah dokter dan peralatan medis yang cukup memadai

Ditulis oleh pada April 3, 2022

Tidak mudah membuka usaha sebagai dokter di AS, negeri dengan jumlah dokter dan peralatan medis yang cukup memadai. Namun, dengan kualitas pelayanan yang baik, seorang dokter tetap bisa bersaing mendapatkan pasien. Dokter dan suasana di klinik harus bisa membuat orang nyaman dan pasien bahagia.

“Saya ini dokter gigi, tapi tak takut memeriksakan gigi ke dokter gigi. Karena itu, saya harus membuat suasana klinik ini seperti di rumah agar orang nyaman, dan bahagia,” kata Andriani Ongkorahardjo, pediatric dentist, dokter spesialis gigi untuk anak-anak di Los Angeles, Selasa (29/3/2022) dengan logat Jawa yang kental. Meski sudah berada di AS sekitar 30 tahun, ia mengaku tetap mengonsumsi makanan khas Indonesia dan berbahasa Jawa.

Kliniknya terletak di 660 N Diamond Bar Blvd Suite 88, CA 91765, sekitar 150 km dari pusat kota Los Angeles. Di Gedung California Dentistry Implants & Braces, Ariani menyewa sebagian lantai dua sejak 2016. Ia mempekerjakan dua front desk, dua asisten, satu book keeper, dua dokter, dan satu ortodentist yang datang setiap Sabtu. “So far, klinik ini bagus. Saya bangun dan didisain sendiri klinik ini agar pasien merasa seperti di rumah sendiri,” jelasnya.

Ariani mengaku persaingan klinik di Los Angeles sangat ketat, tak terkecuali di Los Angeles. Di kawasan tempat kliniknya berada terdapat lima dokter spesialis gigi. “Tapi, semuanya tergantung pada personalitas. Jika kita punya passion yang tinggi, kita akan melayani dengan hati dan itu jauh lebih menyentuh pasien dibanding hanya mengandalkan rasionalitas,” papar dokter asal Surabaya itu.

https://www.youtube.com/watch?v=p1rrVcSx1kA&t=1s&ab_channel=BeritasatuVideo

Pengalaman sebagai orang yang takut memeriksakan giginya di dokter mendorong dirinya untuk menciptakan suasana nyaman bagi pasien. “Number one, pasien harus happy. Saat diagnosis, dokter harus jujur, dan dalam bekerja, kita tidak perlu terlalu agresif,” ungkap dokter spesialis gigi tamatan University of Southern California, AS.

“Setiap hari, kami melayani sekitar 20 pasien. Sebagian pasien adalah orang Indonesisa yang tinggal di Los Angeles dan wilayah California lainnya,” kata lulusan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti. Ada juga pasien dari Indonesia, khususnya dari Bandung. Mereka membawa anak yang mengidap masalah gigi ke klinik milik Andriani.

Jumlah diaspora Indonesia di Great Los Angeles lebih dari 40.000 orang dan angka itu meningkat setiap tahun. Mereka cenderung memeriksakan gigi anak-anak ke Dokter Andirani. “Tapi, saya melayani semua pasien, siapa pun mereka.

Saat membawa pasien gigi asal Indonesia, mantan Pemred Majalah Tempo Wahyu Muryadi, Beritasatu melihat sejumlah orangtua yang sedang menunggu giliran untuk memeriksakan gigi anak mereka ke Dokter Andriani. Wahyu juga asal Surabaya langsung akrab dengan Dokter Andriani, apalagi keduanya mempunyai satu hobi yang sama, yakni koleksi patung kuda.

“Saya tidak menambal, ya. Cukup dibersihkan dan dibuat nyaman hingga dua pekan ke depan,” terang Dokter Andirani. Penambalan baru boleh dilakukan setelah saraf di dasar gigi yang rusak dimatikan dan itu baru bisa dilakukan di Jakarta.

Wahyu, Beritasatu, dan sejumlah pemred Indonesia berada di Los Angeles untuk menghadiri peresmian Masjid At Thohir yang dibiaya pengusaha nasional Garibaldi (Boy) Thohir. Selain itu, para pemred, antara lain, juga mengunjungi Ronald Reagen Presidential Library, Tesla Motor Dealer, Lucid Motor Dealer, Toyota Mirai, UCLA University, dan Griffith Observatory Hollywood.

Setelah lulus SMA St Louis di Surabaya, Andirani ke Fakultas Kedokteran Gigi Trisakti. Usai lulus tahun 1992, ia kemudian melanjutkan pendidikan kedokteran gigi umum selama dua tahun di University of Southern California, USC, California, AS. Selanjutnya, Andriani ke Boston University, mengambil spesialisasi kedokteran gigi untuk anak-anak selama dua tahun, dan lulus tahun 1998.

Andriani kemudian pindah ke Chicago untuk mengajar selama setahun di University of Illinois Chicago. “Saya agak takut mengajar pada watu itu karena bahasa Inggris saya tidak bagus. Bahasa Inggris bukan first language saya. Dalam bicara sehari-hari, saya campur bahasa Jawa dan itu membuat saya deg-degan terus,” kenangnya.

“Mungkin saya tidak bisa mengajar. Karena itu, saya memutuskan untuk berhenti mengajar. Sampai sekarang, bahasa Inggris saya masih masalah. Saya kemudian memutuskan untuk membuka praktik di Florida. Saya punya dua lisensi, satu di Florida, yang lain di Los Angeles,” papar Andriani.

Andirani menuturkan, dirinya pernah tinggal di Florida selama sembilan bulan. Tapi, udara di sana sangat panas. “Saya nggak tahan. Akhirnya saya kembali ke LA,” kenangnya.

Ia baru mulai membuka praktik sebagai spesialis gigi anak-anak di Los Angeles tahun 2002. Pada tahun 2016, klinik Andriani dipindahkan ke luar pusat kota Los Angeles, yakni ke 660 N Diamond Bar Blvd Suite 88, CA 91765, sekitar 150 km dari pusat kota Los Angeles.

“Saya menjadi warga negara AS sejak tahun 2005. Tapi, saya tetap menyukai makanan Indonesia dan berbahasa Jawa. Setelah pensiun, paling bagus tinggal di Indonesia,” pungkas Andriani.

Jumlah penduduk Los Angeles sekitar 3,9 juta, sedang penduduk Greater Los Angeles mencapai 18,9 juta, ketiga terbesar di dunia setelah Tokyo dan New York. Kliniknya Dokter Andriani terletak di Great Los Angeles, sekitar satu tengah jam perjalanan dari pusat kota.

Sebuah kota multi-etnis, Los Angeles dihuni oleh penduduk yang berasal dari 140 negara yang berbicara dalam 224 bahasa. Ada komunitas Koreatown, Chinatown, Thai Town, Little Ethiopia, dan Little Tokyo. Belum ada komunitas Indonesia yang membentuk Indonesia Town. Sekitar 40% penduduk Los Angeles adalah etnis Meksiko, menyusul etnis Salvador (6%), dan etnis Guatemala (3,6%). Selain itu, ada Filipina (3,2%), Korea (2,9%), Tionghoa (1,8%).

 


Pendapat pembaca

Tinggalkan balasan